Kisah Bung Karno Ketika Diminta Rakyat Sumbar Pidato di Atas Kereta Api

Masyarakat Sumatera Barat merasa memiliki kesatuan dengan sosok Bung Karno.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2023, 09:31 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2023, 09:31 WIB
Ketua Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau, Hasril Chaniago. (Liputan6.com/ ist)
Ketua Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau, Hasril Chaniago. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Sumatera Barat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perjuangan Bung Karno. Sejarah mencatat, kedekatan masyarakat Sumatera Barat dengan sosok Bung Karno tidak terelakan hingga saat ini.

Kisah penamaan "kopiah BK" hingga peristiwa Bung Karno yang diminta berpidato di atas kereta api saat dalam perjalanan ke Bukittinggi menjadi bukti menyatunya rakyat Sumatera Barat dengan sosok Bung Karno.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau, Hasril Chaniago dalam Podcast Bung Karno Series 3 yang tayang di kanal Youtube BKN PDI Perjuangan pada Selasa (20/6/2023).

Masyarakat Sumatera Barat merasa memiliki kesatuan dengan sosok Bung Karno. Beberapa sejarawan mencatat, Bung Karno dalam perjalanan kereta api dari Padang menuju Bukittinggi, kereta api Bung Karno berhenti di Padang Panjang.

"Di sana, Bung Karno diminta untuk berpidato dari atas kereta api untuk menggelorakan semangat perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia," tutur Hasril.

Menurutnya kedekatan Bung Karno dengan Sumatera Barat salah satunya disebabkan karena Bung Karno aktif menyerap aspirasi dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh Sumatera Barat. Bahkan, hingga saat ini, nama Bung Karno masih melekat di hati masyarakat Sumatera Barat, contohnya penyebutan peci dengan nama kopiah BK.

"Barangkali, nasib yang kemudian mengantarkan Bung Karno dekat dengan Sumatera Barat. Tahun 1938 Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu dari Ende. Di situlah awal mula interaksi Bung Karno dengan masyarakat Sumatera Barat," ujarnya.

Dalam masa pengasingannya di Bengkulu, lanjut Hasril, Bung Karno menimba ilmu agama dari seorang tokoh pemuka agama kelahiran Padang, Sumatera Barat bernama Buya Hasan Din. Dari Buya Hasan Din, Bung Karno diperkenalkan dengan sosok mualaf bernama Karim Oei, yang kemudian membawanya pada perkenalan dengan Buya Hamka.

"Melalui bantuan dari Karim Oei, seorang mualaf di tahun 1940, Bung Karno mengundang Buya Hamka untuk berkunjung ke Bengkulu. Dalam pertemuannya dengan Buya Hamka, Bung Karno bertukar pikiran tentang perjuangan Indonesia Merdeka dan konsep dasar-dasar negara," tutur Budayawan Sumatera Barat tersebut.

Hasril menyampaikan, ketika Jepang pertama kali masuk ke Indonesia, beberapa tokoh Indonesia termasuk Bung Karno akan diungsikan ke Australia oleh Belanda. Akan tetapi, kejadian inilah yang kemudian membawa Bung Karno semakin dekat dengan masyarakat Sumatera Barat.

Ketika Bung Karno hendak dibawa ke Teluk Bayur oleh pasukan Belanda, Jepang telah sampai di Padang. Pasukan pengawal Belanda lari kocar-kacir, tinggalah Bung Karno dan rombongannya di Painan. Keberadaan Bung Karno tersebut diketahui oleh para pejuang kemerdekaan dari Sumatera Barat.

"Akhirnya, Bung Karno dijemput dan dibawa menuju Padang dengan pedati” jelas Penulis Buku Sumatera Barat di Panggung Sejarah tersebut," jelasnya.

 

 

Peci Bung Karno

Hasril menambahkan, semasa di Padang, semangat perjuangan Bung Karno semakin menggelora. Beliau aktif membangun gerakan diskusi dan menyerap aspirasi dari tokoh-tokoh masyarakat Sumatera Barat.

"Dalam suatu kesempatan, Bung Karno berkunjung ke madrasah Darul Funun El Abbasiyah, di Padang Japang. Beliau bertemu dengan sosok Syekh Abbas Abdullah," katanya.

Di sana, Bung Karno bertukar pikiran tentang dasar negara apabila telah merdeka, kemudian diusulkanlah oleh Syekh Abbas bahwa Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat beragama, maka dasar utamanya ialah Ketuhanan.

Kemudian dalam pertemuannya dengan Syekh Abbas, Bung Karno kemudian dihadiahi sebuah peci dengan dimensi yang lebih gagah. Peci yang dihadiahkan oleh Syekh Abbas kepada Bung Karno berukuran lebih tinggi, lebih gagah, berbeda dengan peci Bung Karno sebelum-sebelumnya.

"Peci inilah yang kemudian lekat dengan sosok Bung Karno. Bahkan, bagi masyarakat Sumatera Barat hingga saat ini ketika menyebut peci, mereka menamai dengan kopiah BK," Hasril menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya