Liputan6.com, Jakarta - Istilah “Boti” masih menjadi trending topic di Twitter pada Rabu (12/7/2023). Istilah ini mendadak muncul usai viralnya kasus suami selebgram, Meylisa Zaara, yang ketahuan selingkuh dengan sesama lelaki.
Baca Juga
Advertisement
Meylisa, selebgram yang populer di Instagram, memutuskan untuk mengungkap hubungan gelap yang selama ini tersembunyi. Melalui akun pribadinya, Meylisa membeberkan rahasia tersebut, dan berita ini dengan cepat menyebar ke seluruh media sosial.
Kabar ini diunggah oleh akun Twitter @jogmfs, yang mengungkap bahwa suami Meylisa Zaara adalah seorang dokter kulit.
“Ada lagi yang mempermainkan SAKRAL nya pernikahan, A teman manten laki-laki sekaligus saksi akad nikah ternyata selingkuhan si manten lelaki, info nya laki-laki nya dokter kecantikan, si mbak nya selebgram,” tulis akun tersebut.
Ketika kabar ini terungkap, publik pun terkejut dengan kejadian yang tak terduga ini.
“Kalau masih boti jangan menikah lah,” tulis salah satu akun yang turut mengunggah tangkapan layar pemberitaan hubungan suami Meylisa.
Sejumlah komentar warganet pun menanggapi dengan istilah “Boti” yang digunakan.
“Orang-orang sekarang pada kenapa sii, mana si boti nya jadi saksi lagii kacauuu,” respons salah satu warganet.
Lantas, apa kata “Boti” dalam konteks trending topic di Twitter terkait selebgram Meylisa Zaara? Boti adalah sebuah istilah dalam bahasa gaul yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Asal Usul Istilah Boti
Istilah “Boti” ini berasal dari kata "bottom" yang berarti bawah. Istilah "bottom" atau "boti" biasa ditujukan pada pria gay yang memosisikan diri sebagai “perempuan” atau sebagai pihak bawah yang bersikap sedikit feminin.
Namun, perlu diingat bahwa istilah bahasa gaul seringkali tidak memiliki arti yang pasti dan bervariasi tergantung dari konteks penggunaannya. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks dan makna dari istilah tersebut sebelum menggunakannya dalam percakapan atau media sosial.
Menurut penelitian Coming Out Gay Berstatus Menikah dengan Pasangan Heterogen, peneliti Indira Widiyanti menjelaskan, dalam kelompok gay mengenal istilah top, bottom, atau vers. Istilah tersebut digunakan sebagai posisi seks yang dimainkan oleh pasangan gay.
Top adalah gay yang melakukan penetrasi terhadap pasangannya ketika berhubungan seksual, dan mayoritas gay yang memilih untuk menjadi top memiliki sisi maskulin yang lebih dominan. Sedangkan, bottom adalah gay menerima penetrasi dari pasangannya, sehingga para boti (sebutan untuk gay yang bottom) memiliki sisi feminim yang lebih dominan.
Sementara, untuk vers adalah gay yang bisa menerima keduanya, atau bisa berperan sebagai top dan bisa juga berperan sebagai bottom.
Namun, seperti yang ditekankan peneliti, identitas seksual gay menjadi hal yang pribadi dan perlu untuk dirahasiakan karena selain takut akan penilaian dan stigma negatif dari lingkungan, baik keluarga dan teman, mereka juga mengalami ketegangan dalam diri mereka dalam penerimaan diri sebagai gay.
Advertisement
Boti dan Orientasi Seksual
Sementara itu, Sexologist and Health Educator Member of Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), dr Haekal Anshari M Biomed (AAM) menyebut tidak ada istilah boti atau top terkait dengan kedokteran.
"Tidak ada istilah top atau boti dalam kedokteran," kata Haekal dikutip dari laman Health Liputan6.com.
Namun, ada preferensi seksual termasuk preferensi dalam melakukan bentuk atau posisi hubungan seksual. Hanya saja preferensi ini bersifat cair atau berubah-ubah.
"Kita tidak bisa menebak orientasi seksual, bahkan preferensi seksual seseorang hanya dari penampilannya saja," ujar Haekal.
Haekal menjelaskan bahwa secara garis besar orientasi seksual berdasarkan skala Kinsey dibagi menjadi Exclusively Heterosexual, Mostly Heterosexual, Equally or Bisexual, Mostly Homosexual, dan Exclusively Homosexual.
Haekal mengatakan, sebagian besar manusia memiliki orientasi seksual Mostly Heterosexual, yang baik laki-laki maupun perempuan bisa memiliki ketertarikan dengan sesama jenisnya, tapi tidak selalu memiliki ketertarikan secara kelamin.
"Ya karena orientasi seksual tidak sebatas ketertarikan secara kelamin, tapi juga melibatkan keterlibatan secara emosional, hati, pikiran, dan perasaan," ujarnya.