Ini Mengapa Anak Muda Jadi Kelompok Rentan Gangguan Kesehatan Mental

Anak muda saat ini masuk dalam kelompok terkena gangguan kesehatan mental. Kenapa? Sosiolog UGM menjelaskan penyebabnya.

oleh Yanuar H diperbarui 11 Agu 2023, 23:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2023, 23:00 WIB
Marak Artis Curhat di Medsos, Psikolog Ingatkan Dampaknya bagi Kesehatan Mental
Mengulik alasan banyak orang curhat di media sosial beserta dampak dan solusinya. (pexels/mental health america).

Liputan6.com, Yogyakarta - Gangguan kesehatan mental menjadi perhatian akademisi di era terkini terutama anak muda. Menurut Sosiolog UGM, Wahyu Kustiningsih, anak muda merupakan kelompok rentan mengalami gangguan kesehatan mental, bahkan jumlahnya tidak sedikit.

“Ada beban dan disabilitas yang cukup besar terkait dengan kondisi kesehatan mental, terutama di antara mereka yang masalahnya dimulai sejak masa muda,” jelasnya dalam Sekolah Wartawan di Gedung Pusat UGM Kamis (10/8/2023).

Menurut Wahyu kondisi kesehatan mental memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan anak muda dan berimbas pada sosial ekonomi. Beragam faktor yang menjadi pemicu persoalan kesehatan mental di masyarakat yaitu pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, persoalan sosial, ekonomi hingga budaya.

Selain Itu juga karena pengalaman traumatis di masa kecil dapat memengaruhi anak muda di seluruh dunia, tetapi sangat umum terjadi pada situasi pasca konflik atau bencana. Pengalaman traumatis tersebut misalnya kematian orang tua, pelecehan, maupun menjadi pengungsi.

"Sebuah studi juga menyebutkan masalah kesehatan mental pada remaja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal," imbuhnya.

Namun ada kelompok anak muda tertentu yang memiliki risiko tertentu terhadap kondisi kesehatan mental. Persoalan lain masih adanya stigma di kalangan anak muda.

"Stigma ini menjadi penghalang yang cukup besar bagi penyediaan layanan kesehatan jiwa," katanya.

Wahyu mengatakan melihat kondisi ini maka harus ada upaya memperbanyak fasilitas dan layanan kesehatan mental. Kampus-kampus di Indonesia sudah mulai menginisiasi pusat krisis untuk mengurai persoalan kesehatan mental mahasiswa dan juga warga kampus lainnya.

"Hanya saja masih banyak juga yang belum bisa menmbangun pusat krisis untuk kesehatan mental ini. Sementara di sisi lain hingga saat ini belum ada data pasti terkait masalah kesehatan jiwa dan kebutuhan anak muda di masa transisi. Padahal data itu diperlukan untuk memetakan dan mengurai persoalan yang ada," paparnya.

Wahyu menambahkan sebagai upaya pencegahan perilaku dan kondisi kesehatan mental diperlukan pendekatan kesehatan masyarakat. Hal ini sangat penting dalam mengatasi masalah ini di tingkat global.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya