Slamet Riyadi, Sosok Pejuang yang Namanya Dijadikan Nama Monumen dan Jalan Raya Utama Solo

Penggunaan nama Slamet Riyadi menjadi bentuk nyata untuk mengenang perjuangan dan keberaniannya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Agu 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2023, 00:00 WIB
Kereta Kuda Jelang Upacara Ngunduh Mantu Kaesang Pangarep dan Erina Gudono
Petugas mempersiapkan kuda saat geladi bersih di kawasan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/12/2022). Sebanyak 12 kereta kuda untuk cadangan, disiapkan untuk kirab ngunduh mantu pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono, Minggu (11/12) di Solo. (Liputan6.com/Herman Zahkaria)

Liputan6.com, Solo - Nama Slamet Riyadi dijadikan sebagai nama salah satu landmark di Kota Solo, yaitu Monumen Slamet Riyadi. Selain itu, namanya juga diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Solo.

Penggunaan nama Slamet Riyadi menjadi bentuk nyata untuk mengenang perjuangan dan keberaniannya. Pemilik nama lengkap Ignatius Slamet Riyadi ini lahir di Surakarta, 26 Juli 1927.

Slamet Riyadi adalah putra kedua dari pasangan Raden Ngabehi Prawiropralebdo dan Soetati. Ayahnya merupakan seorang perwira tentara serta abdi dalem Kasunanan Surakarta, sementara sang ibu berprofesi sebagai penjual buah.

Mengutip dari surakarta.go.id, jiwa kemiliteran Slamet Riyadi menurun dari ayahnya. Selama hidup, Slamet Riyadi dikenal sebagai sosok yang tegas dan pemberani.

Hampir semua peristiwa kepahlawanan di Kota Solo berada di bawah kepemimpinannya. Karena keberaniannya dan keberhasilannya dalam melawan musuh, Slamet Riyadi pun diangkat sebagai Komandan Batalyon saat usianya masih 19 tahun. Slamet Riyadi menjadi tokoh utama pada peristiwa serangan umum di Solo, 7-10 Agustus 1949. Slamet Riyadi menjadi pemimpin dalam serangan yang berlangsung selama empat hari empat malam itu.

Serangan yang dipimpin Slamet Riyadi berhasil membuat pasukan Belanda terdesak dan kalah. Pertempuran dengan Belanda pada serangan tersebut kemudian ditutup dengan prosesi serah terima Kota Solo yang dimediasi oleh pihak United Nations Commision for Indonesia (UNCI).

Kemudian pada 10 Juli 1950, Slamet Riyadi kembali ditugaskan untuk berangkat ke Ambon. Beliau ditugaskan untuk menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Sayangnya, Slamet Riyadi gugur dalam pertempuran melawan pemberontak. Slamet Riyadi terkena tembakan pada bagian perut saat hendak turun dari panser untuk memberikan aba-aba kepada anak buahnya. Slamet Riyadi kemudian dimakamkan di Tulehu, Maluku Tengah.

Kehadiran Monumen Slamet Riyadi di Kota Solo menjadi bukti perjuangannya. Monumen itu diresmikan pada 12 November 2007 oleh Kasad Jenderal TNI Joko Santoso. Kemudian pada 9 November 2007, Slamet Riyadi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dan dianugerahi Bintang Maha Putra Adi Pratama.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya