Menjaga Keanekaragaman Hayati dengan Penggunaan Teknologi AI

Teknologi kecerdasan buatan alias AI ternyata dapat digunakan untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Sep 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2023, 08:00 WIB
[Fimela] ilustrasi keanekaragaman hayati
ilustrasi keanekaragaman hayati | pexels.com/@kevin-blanzy-440998

Liputan6.com, Yogyakarta - Keanekaragaman hayati laut Indonesia paling besar di dunia dengan dua biodiversity hotspots dunia yakni Sundaland dan Wallacea, yakni wilayah dengan spesies endemik yang melimpah dengan tingkat kepunahan tinggi. Dekan Fakultas Biologi  Budi Setiadi Daryono, saat menyampaikan laporan dekan Fakultas Biologi UGM mengatakan perlu menjaga melimpahnya keanekaragaman hayati Indonesia ini dengan teknologi metaverse, open science, big data analytics, bioinformatics, biotechnology dan teknologi AI.

“Perpaduan antara metaverse dan pembelajaran hayati akan mengantarkan Biologi menjadi bidang ilmu pengetahuan yang penting serta menjadi kunci dalam kajian dan eksplorasi biologi masa depan yaitu Deep Sea dan Exobiology yang didahului dengan pesatnya perkembangan Big Analytics dan Bioinformatika terkait keanekaragaman hayati pada saat ini,” ujarnya di ruang Auditorium Fakultas Biologi UGM Selasa (19/9/2023). 

Budi Daryono mengatakan selain menjadi media pembelajaran dan penelitian di bidang biologi teknologi AI juga   dapat sebagai media perencanaan lingkungan, pengambilan keputusan dan pengelolaan berdasarkan algoritma otomatis sehingga dapat menjaga kualitas ekosistem. Bahkan dalam konservasi margasatwa, AI juga dapat berperan dalam berbagai kegiatan seperti monitoring kesehatan ekosistem, mereduksi tingkat kontak dengan satwa liar dan mencegah konflik satwa dengan masyarakat lokal melalui monitoring dan otomatisasi pengelolaan informasi.

 

Dalam pidato laporan Dekan, Budi Daryono menegaskan Fakultas Biologi UGM memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia melalui kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 

“Selama 68 tahun berdiri, Fakultas Biologi UGM telah berkembang serta memberi manfaatnya kepada masyarakat, bangsa dan negara serta dunia," katanya.

Semua langkah ini menurut Budi adalah upaya penjagaan dan pelestarian yang berkelanjutan disertai pendataan yang lengkap, akurat serta valid. Sebab aktivitas antropogenik merupakan penyebab utama kerusakan keanekaragaman hayati Indonesia selain faktor perubahan iklim yang juga menjadi pendorong kerusakan ekosistem global. 

“Banyaknya kasus yang mengancam keanekaragaman hayati di Indonesia tentunya perlu upaya lebih lanjut untuk mencegah kegiatan antropogenik,” katanya. 

Budi Daryono menyampaikan bahwa visi Fakultas Biologi untuk menjadi Fakultas dengan program studi yang unggul di tingkat internasional sebagai pusat pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang biologi khususnya biologi tropika yang berorientasi pada kepentingan bangsa dan berdasarkan Pancasila.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya