11 Fakta Menarik dan Misterius Tentang Gunung Salak yang Wajib Diketahui

Jelajahi keindahan dan misteri Gunung Salak, gunung api aktif di Jawa Barat.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 14 Apr 2025, 16:14 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 14:33 WIB
gunung salak
Pemandangan Gunung Salak di Bogor. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Gunung Salak, yang terletak di perbatasan antara Bogor dan Sukabumi, memikat hati para petualang dengan keindahan alamnya yang mempesona dan sejarah yang kaya. Dari puncaknya yang menjulang tinggi hingga jejak-jejak letusan yang tercatat dalam sejarah, setiap bagian dari gunung ini menyimpan kisah menarik yang memikat.

Sebagai destinasi yang kaya akan keanekaragaman hayati, Gunung Salak tidak hanya menjadi tantangan bagi para pendaki, tetapi juga berfungsi sebagai pelindung alam yang unik di Pulau Jawa. Puncak tertinggi Gunung Salak mencapai ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut dan menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan.

Namun, keindahan pemandangannya tak dapat dipisahkan dari sejarah geologis yang melatarbelakanginya. Letusan-letusan besar yang terjadi sejak abad ke-16 hingga letusan terakhir pada tahun 1938 di Kawah Cikuluwung Putri telah membentuk karakter Gunung Salak seperti yang kita kenal sekarang. Selain pesona alam dan jejak sejarahnya, Gunung Salak juga menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna, menjadikannya sebagai salah satu destinasi alam yang penuh dengan keajaiban.

Dengan berbagai kisah yang tersembunyi di baliknya, berikut ini Liputan6.com telah merangkum fakta menarik tentang Gunung Salak yang patut untuk diketahui, Senin (14/4/2025).

 

1. Asal Usul Nama yang Sarat Makna dan Misteri

1. Asal Usul Nama yang Sarat Makna dan Misteri

gunung salak
Gunung Salak. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)... Selengkapnya

Gunung Salak, yang berdiri megah di antara Kabupaten Bogor dan Sukabumi, menyimpan cerita unik di balik penamaannya. Banyak orang awam beranggapan bahwa nama "Salak" diambil dari buah tropis berduri yang umum dikenal di Indonesia. Namun, dugaan tersebut tidaklah tepat. Penamaan gunung ini memiliki akar yang jauh lebih dalam dan menyiratkan nuansa mistis.

Menurut sejumlah sumber sejarah, kata "Salak" diyakini berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "Salaka," yang berarti "perak." Nama ini mengisyaratkan bahwa gunung ini dahulu mungkin dianggap sebagai tempat yang berharga atau suci. Ada pula anggapan bahwa cahaya dari puncaknya, ketika terkena sinar matahari, memancarkan kilau keperakan. Hal ini memperkuat kesan bahwa Gunung Salak tidak hanya merupakan lanskap geografis, tetapi juga simbol warisan spiritual dan kultural yang mengandung banyak rahasia masa lalu.

2. Rekam Letusan Bersejarah yang Membentuk Karakter Gunung

Gunung Salak memiliki sejarah geologis yang panjang, ditandai oleh aktivitas vulkanik sejak abad ke-16. Salah satu letusan paling besar yang tercatat terjadi pada tahun 1699. Peristiwa ini termasuk letusan magmatis yang tidak hanya mengubah lanskap alam sekitarnya, tetapi juga membentuk kawah-kawah besar yang hingga kini masih dapat ditemukan.

Tiga kawah utama—Kawah Ratu, Kawah Cikuluwung Putri, dan Kawah Hirup—adalah peninggalan langsung dari letusan dahsyat tersebut. Selain menawarkan panorama yang eksotis, keberadaan kawah-kawah ini menjadi catatan nyata dari transformasi geologis yang membentuk wajah Gunung Salak hari ini. Setiap retakan dan batuan di lerengnya seakan menyimpan kisah panjang mengenai kekuatan alam yang membentuk bumi.

3. Surga Biodiversitas yang Luar Biasa

Gunung Salak merupakan kawasan yang kaya akan biodiversitas, menjadikannya sebagai salah satu titik penting dalam pelestarian flora dan fauna di Pulau Jawa. Hutan lebatnya menjadi habitat alami bagi ratusan spesies makhluk hidup, termasuk lebih dari 230 jenis burung yang berhasil didokumentasikan.

Di antara fauna khas yang menghuni wilayah ini adalah elang jawa yang gagah, ayam hutan merah yang mencolok, dan trenggiling yang langka. Lingkungan yang masih relatif alami ini mendukung keseimbangan ekosistem yang krusial bagi kehidupan satwa endemik. Keberadaan Gunung Salak sebagai suaka margasatwa bukan hanya penting dari sisi ekologi, tetapi juga memberikan peluang besar bagi kegiatan riset dan konservasi.

4. Pendakian yang Menantang Meski Tidak Terlalu Tinggi

Sering Muncul Penampakan, Tujuh Gunung ini Dianggap Paling Angker di Indonesia
Gunung Salak yang sering memakan korban, terutama pesawat yang melintas (Sumber foto: jamespatrick.blogspot)... Selengkapnya

Walau tidak tergolong sebagai gunung tertinggi di Indonesia, Gunung Salak memiliki medan pendakian yang cukup menantang. Ketinggiannya yang berada di kisaran 2.211 meter di atas permukaan laut mungkin terdengar bersahabat, tetapi jalur pendakian yang penuh rintangan menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki.

Vegetasi yang padat, jalur yang curam, serta cuaca yang berubah-ubah menuntut kesiapan fisik dan mental yang matang. Tidak sedikit pendaki yang menyebut bahwa mendaki Gunung Salak terasa lebih melelahkan dibandingkan gunung lain yang lebih tinggi. Meski begitu, tantangan tersebut justru memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka yang berhasil menaklukkannya, terutama karena suguhan pemandangan alam di puncaknya sangat menawan.

5. Rentetan Tragedi Kecelakaan Udara

Gunung Salak dikenal pula sebagai wilayah yang cukup rawan untuk aktivitas penerbangan, terutama bagi pesawat kecil dan non-komersial. Hal ini diperkuat oleh sejumlah insiden kecelakaan pesawat yang pernah terjadi di sekitarnya. Salah satu tragedi paling dikenal publik terjadi pada tahun 2012, ketika pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak lereng gunung ini dan menewaskan semua penumpangnya.

Kecelakaan ini bukanlah yang pertama. Tercatat, sejak awal 1990-an, kawasan Gunung Salak telah menjadi lokasi jatuhnya beberapa pesawat lain. Medan berbukit, cuaca yang sering berkabut, serta arus angin yang tidak stabil menjadikan area ini sangat berisiko untuk penerbangan. Fenomena ini menciptakan citra Gunung Salak sebagai lokasi yang indah sekaligus penuh misteri dan bahaya.

6. Konservasi yang Mewakili Jawa

Gunung Salak merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, sebuah kawasan konservasi yang luasnya mencapai lebih dari 113.000 hektare. Wilayah ini bukan hanya penting dalam pelestarian hutan hujan tropis, tetapi juga menjadi rumah bagi spesies langka seperti macan tutul Jawa, owa Jawa, hingga berbagai jenis anggrek hutan.

Dengan statusnya sebagai kawasan konservasi terluas di Pulau Jawa, taman nasional ini tidak hanya menyediakan perlindungan bagi keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi lokasi penelitian, wisata edukatif, dan pendidikan lingkungan. Upaya pelestarian ini menegaskan bahwa Gunung Salak adalah tonggak penting dalam menjaga kelestarian alam Indonesia.

7. Tradisi Adat dan Larangan Lokal yang Masih Dijunjung Tinggi

Lereng Gunung Salak, khususnya wilayah Desa Giri Jaya, menjadi saksi bisu kehidupan masyarakat adat yang terus mempertahankan nilai-nilai leluhur mereka. Salah satu tradisi yang tetap dilestarikan hingga kini adalah upacara Seren Taun, yang digelar sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Upacara ini menggabungkan ritual adat dengan nilai spiritual yang tinggi.

Selain tradisi, terdapat pula berbagai larangan yang tetap dijaga oleh masyarakat setempat. Salah satunya adalah pantangan untuk memetik bunga anggrek liar sembarangan. Bagi warga sekitar, tindakan tersebut dianggap bisa membawa malapetaka atau gangguan dari penjaga alam. Nilai-nilai ini memperlihatkan keharmonisan antara manusia dan alam, serta betapa pentingnya menghormati kearifan lokal.

8. Lokasi Pelatihan Survival dan Berkemah yang Populer

Gunung Halimun termasuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
Gunung Halimun termasuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). (Dok: Instagram @ramzmilano)... Selengkapnya

Selain sebagai destinasi pendakian, Gunung Salak juga dikenal sebagai lokasi ideal untuk kegiatan pelatihan alam terbuka dan berkemah. Salah satu titik yang sering digunakan adalah Cagar Alam Sukamantri, di mana banyak komunitas atau perusahaan wisata alam mengadakan pelatihan bertahan hidup di hutan.

Di kawasan lain seperti Batu Tapak dan hutan lindung Bukit Cangkuang, Desa Cidahu, tersedia lokasi perkemahan yang dilengkapi panorama alam yang memesona. Tempat ini sangat cocok bagi wisatawan yang ingin merasakan kedekatan dengan alam tanpa harus mendaki hingga ke puncak. Kehadiran burung liar, aliran sungai jernih, dan pepohonan tinggi menciptakan suasana damai yang sempurna untuk melepas penat.

9. Jalur Pendakian dari Cimelati: Tantangan dalam Satu Hari

Bagi para pendaki yang ingin menaklukkan puncak utama Gunung Salak dalam waktu singkat, jalur Cimelati menjadi pilihan yang banyak direkomendasikan. Berawal dari stasiun pertanian di dekat Portibi Farms, pendaki akan menemukan penunjuk arah yang mengarahkan mereka ke rute pendakian. Jalur ini terletak di tenggara puncak dan memungkinkan pendakian selesai dalam waktu 4 hingga 6 jam.

Medannya terjal, namun cukup aman karena melintasi hutan yang rimbun. Pendaki akan melewati enam pos utama, mulai dari Pos 1 di ketinggian 1.091 mdpl hingga Pos 6 di ketinggian 2.005 mdpl. Pos 3, yang terletak di sekitar 1.300 mdpl, menjadi titik air terakhir. Dari puncak, pemandangan mengagumkan tersaji—mulai dari gugusan pegunungan Gede-Pangrango hingga kota Bogor dari kejauhan. Meski tidak terlalu tinggi, sensasi mencapai puncaknya tetap terasa luar biasa.

10. Kawasan Rawan Bagi Penerbangan Kecil

Gunung Salak berada dalam jalur penerbangan yang cukup sibuk, namun kondisi geografisnya menjadikannya sangat berbahaya bagi pesawat-pesawat kecil. Menurut Alvin Lie, pengamat penerbangan dan juga pilot, kondisi cuaca di sekitar gunung ini kerap tidak menentu. Kabut tebal sering turun secara tiba-tiba, menciptakan risiko turbulensi dan hilangnya visibilitas secara drastis.

Dengan kondisi medan yang kompleks serta perubahan cuaca yang ekstrem, tidak mengherankan jika area ini kerap menjadi lokasi kecelakaan udara. Hingga kini, tercatat setidaknya sembilan insiden pesawat jatuh di wilayah Gunung Salak. Fakta ini memperkuat narasi bahwa keindahan gunung ini selalu diiringi dengan aura kehati-hatian yang tinggi.

Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya