Mengenal Rumah Dunia Gol A Gong, Tempat Lahir Pegiat Literasi dan Banyak Penulis Muda

Rumah Dunia besutan Gol A Gong, menjadi nama yang istimewa di kalangan pegiat literasi.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 28 Nov 2023, 17:25 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2023, 17:25 WIB
Rumah Dunia Serang
Rumah Dunia yang ada di Serang Banten merupakan wadah yang dibangun Duta Baca Indonesia Gol A Gong untuk para pegiat literasi dan penulis muda. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Serang - Rumah Dunia, menjadi nama yang istimewa di kalangan pegiat literasi. Sejak 2002, tempat yang diprakarsai Duta Baca Indonesia Gol A Gong dan istrinya itu telah banyak menghasilkan orang-orang sukses melalui aktivitas menulis dan membaca. Rumah Dunia telah mengubah hidup orang-orang di sekitarnya dengan literasi.

"Rumah Dunia memfasilitasi orang-orang untuk menulis melalui membaca. Perpustakaan yang nyaman diperlukan untuk meningkatkan budaya baca di masyarakat khususnya di lingkungan pelajar," ungkap Gol A Gong.

Perpustakaan Nasional dan Rumah Dunia menyepakati menerapkan inklusi sosial agar orang dapat berkembang melalui ilmu pengetahuan. Hal ini juga terus digaungkan DBI dalam kegiatan Safari Literasi di seluruh wilayah Indonesia.

"Literasi tidak akan berkembang dalam ruang sempit, tapi bermanfaat luas ketika dipraktikan dalam ruang edukasi, berlatih keterampilan, dan kemandirian," tambah Gong.

Paradigma perpustakaan melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) diamini Presiden Rumah Dunia, Abdul Salam, sebagai program yang luar biasa bermanfaat.

"Kami di Rumah Dunia senantiasa menghadirkan lingkungan yang produktif dan kompetitif yang memberikan daya dorong luar biasa bagi anak didik untuk menjadi sukses," imbuh Abdul Salam.

Pustakawan Ahli Utama Perpusnas, Nelwaty, dalam sesi talk show mengatakan meski skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Provinsi Banten 2022 masuk dalam kategori dan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) tergolong tinggi, namun ketersediaan pojok baca masih minim dan masyarakat masih kurang kebiasaan membaca.

Menumbuhkan kebiasaan membaca memang harus dipaksakan agar menjadi suatu budaya. Dosen Filsafat dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Arif Sanjaya, menyayangkan kurangnya kebiasan membaca juga nampak di kalangan civitas akademika.

Buku-buku yang dihasilkan malah sebatas menjadi laporan kerja. Padahal, membaca tidak hanya bisa dilakukan melalui koleksi buku-buku tercetak. Tapi bisa juga melalui koleksi digital yang dapat diakses platform Bintangpusnas.edu.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menilai hal itu semata dilakukan sebagai upaya memperluas akses layanan perpustakaan dan penambahan jumlah koleksi.

"Jangan bermimpi mengubah dunia jika tidak diawali dengan mengubah diri sendiri," kata Syarif Bando.

 

Layanan Perpus Keliling

Di sisi lain, Kepala Bidang Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten Efy Syaefudin mengatakan, kesiapan perpustakaan Banten memfasilitasi buku untuk perpustakaan sekolah. Perpustakaan Banten saat ini telah menyediakan layanan tujuh perpustakaan keliling dan ramai peminat.

"Dampak masyarakat yang berdaya melalui membaca memang tidak sekarang nampak, tapi akan terlihat ketika mereka mampu menghasilkan produk bernilai ekonomis dari hasil membaca yang berguna bagi peningkatan kesejahteraannya," kata Arif.

Aktivitas Duta Baca Indonesia seperti yang dilaporkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Dewi Kartikasari, bahwa hingga saat ini, safari literasi yang dilaksanakan Gol A Gong mendatangi 12 titik lokus setiap tahunnya yang berasal dari APBN.

Sedangkan, dari non APBN, aktivitas Duta Baca Indonesia telah menjangkau 257 titik dengan lebih dari 54 ribu peserta yang mengikuti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya