Generasi Stroberi Dikenal Kreatif tapi ‘Lembek’, Berakhir Manis atau Masam?

Generasi muda zaman sekarang kerap kali disebut dengan generasi stroberi. Hal ini didefinisikan dengan stroberi yang terlihat indah dan sangat menarik dari luar, namun sangat mudah busuk dan rusak. Generasi stroberi juga dikenal kreatif, tapi 'lembek'.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 08 Jan 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi anak muda, generasi strawberry bermental tangguh, atif dan kreatif.
Ilustrasi anak muda, generasi strawberry bermental tangguh, atif dan kreatif. © Pixabay/Sasint

Liputan6.com, Jakarta - Generasi muda zaman sekarang kerap kali disebut dengan generasi stroberi. Hal ini didefinisikan dengan stroberi yang terlihat indah dan sangat menarik dari luar, namun sangat mudah busuk dan rusak. Generasi stroberi juga dikenal kreatif, tapi 'lembek'.

Di balik keterbukaan pemikiran dan massalnya informasi dan pengetahuan, banyak yang belum menyadari bahwasannya generasi ini telah rusak bukan hanya dari segi fisik, namun juga dari dalam, mental dan pemikiran. 

Pusiknas Bareskrim Polri menyatakan setidaknya ada 451 aksi bunuh diri di Indonesia pada 2023, 226 kasus perundungan pada 2022, maraknya kasus pelecehan seksual, dan masih banyak lagi. Tak dapat dipungkiri, kita harus mengakui bahwa generasi ini adalah generasi yang 'lemah'.

Lalu, apakah generasi stroberi yang dikenal kreatif tapi 'lembek' itu akan berakhir manis atau masam?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Kemajuan Teknologi dan Gempuran Informasi

Ilustrasi teknologi
Ilustrasi teknologi. (Image by Freepik)

Teknologi, internet, gawai cerdas, dan media sosial memberikan banyak kemudahan bagi kita semua. Kemajuan teknologi ini memberikan kemudahan berkomunikasi, hiburan dan tentunya kemudahan mengakses informasi.

Fenomena banjir informasi ini, selain menimbulkan dampak positif, namun juga menimbulkan dampak negatif bagi generasi muda. Di mana informasi yang ada menjadi bumerang bagi kita.

Keterbukaan atas informasi dari berbagai kalangan, negara, dengan beragam jenisnya malah membangun mental generasi stroberi ini, apalagi tidak dibarengi dengan pendidikan moral dan juga pemahaman yang baik. 

Imbasnya, banyak sekali informasi tentang kesehatan mental, ilmu mencintai diri sendiri, berujung pada lemahnya mental generasi muda dengan mengatasnamakan kesehatan mental.

Penyebab Lembeknya Generasi Stroberi

Ilustrasi generasi muda
Ilustrasi generasi muda (Dok.Unsplash/ Ali Yahya)

Salah satu penyebab dari semakin lembeknya generasi stroberi ternyata juga pada cara didikan orangtua. Orangtua sedemikian rupa meramu agar anak menjalani hidupnya dengan damai dan senang. Kerap kali orangtua memberikan apapun yang anak inginkan dengan dalih menyayangi anak. 

Akan tetapi, orangtua yang terlalu mengikuti keinginan anak, selalu ada untuk membantu dan terlalu banyak memuji, ternyata malah memupuk anak menjadi generasi stroberi, dimana anak tidak mau berusaha, mudah menyerah, dan melihat tantangan sebagai masalah yang tidak dapat dipecahkan.

Menjadi orangtua yang baik tentunya diperlukan bagi tumbuh dan kembang anak, namun juga campur tangan orang tua memiliki porsinya masing-masing pada persoalan anak. Hal ini menyebabkan anak takut akan tantangan dan takut melakukan kesalahan. 

Padahal sebenarnya, tantangan bagi seorang anak juga dibutuhkan agar anak bisa mengembangkan pemikirannya dan melangkahi batas kemampuannya untuk terus berkembang.

Generasi Penerus Bangsa

Ilustrasi Sukses, Generasi Muda
Ilustrasi Sukses, Generasi Muda (Photo created by studiogstock on Freepik)

Pemuda merupakan cerminan bangsa dan akan menjadi generasi yang meneruskan eksistensi sebuah bangsa. Pemuda sudah seharusnya bisa bersaing di tengah gempuran era modernisasi dan globalisasi. 

Menjadi pemuda di era gempuran informasi dan kampanye kesehatan mental tidaklah salah. Namun harus bisa memilah dan memilih dan juga berpikir ke depan, tantangan pemuda bukanlah tentang penjajahan melainkan perang pemikiran. Jadi apakah generasi stroberi akan berakhir manis ataukah asam?

Sumber: BFI

Penulis: Nabila Nurul Izzatiddieni, Mahasiswa IPB University, Workshop Jurnalistik Koran Kampus IPB

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya