Larung Angkara, Menutup Kampanye Prabowo-Gibran

Larung angkara merupakan gerakan budaya yang bertujuan menyingkirkan semua angkara agar pemilu 2024 berjalan damai.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 11 Feb 2024, 14:33 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2024, 14:33 WIB
Perempuan maju
Penyerahan tumpeng kepada ketua Gerakan Perempuan Indonesia Maju, Sri Sumirat di lokasi acara. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige 

Liputan6.com, Magelang - Di sebuah kampung kecil perbatasan Yogyakarta dan Magelang, bernama dusun Gondangan Kidul Pekunden, kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang Jawa Tengah digelar ritual tradisi dengan tajuk  Larung Angkara.

Hari itu Sabtu (10/2/2024) adalah hari terakhir kampanye. Ritual itu bertujuan mendoakan pasangan Prabowo-Gibran agar diberi keselamatan, kesehatan dan kemenangan pada pilpres 2024.

Menurut Sri Sumirat, ketua Gerakan Perempuan Indonesia Maju (GPIM) menjadi penggerak ritual ini, tujuan utamanya adalah pemilu damai dan membawa manfaat bagi negara. Disebutkan bahwa GPIM adalah sayap perjuangan perempuan dari gerakan Tani Merdeka.

"Ini juga sekaligus untuk sosialisasi program capres kami," katanya.

Acara itu juga diramaikan dengan pemutaran film indie "Para Raka" besutan sutradara Sigit Kartono.

nyampaikan bahwa hari ini menjadi hari terakhir penutup seluruh aktifitas kegiatan kampanye yang kami lakukan.

"Film itu juga bagian dari misi kami, bahwa Nama Gibran Rakabuming Raka adalah Calon Wakil Presiden yang sudah tercatat dalam sejarah bangsa ini," kata Sri.

Menurutnya saat ini persoalan dan tantangan yang dihadapi sangat kompleks. Mulai persoalan pangan, kesehatan keluarga dan pemberdayaan perempuan, juga soal hilirisasi teknologi di kampung kampung.

Acara Larung Angkara dihadiri oleh pengurus inti Gerakan Perempuan Indonesia Maju beserta masyarakat sekitar dimulai pada pukul 15.30 wib dan berakhir pada pukul 17.30 wib.

Jalannya Ritual

Perempuan maju
Pengurus gerakan Perempuan Indonesia Maju, setelah Larung Angkoro berharap pemilu damai dan tenang. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige 

Diawali sekelompok orang yang membawa foto Semar diikuti dua orang di belakang dengan membawa foto Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Di belakangnya kelompok pembawa  tumpeng dan jajan pasar kemudian group musik rebana dan masyarakat sekitar sambil menyanyikan selawat nabi.

"Alloohumma sholi sholaatan kaamilatan wasallim salaaman taamman 'alaa sayyidina muhammadinil ladzii tanhallu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tuqdhoo bihil hawaa-iju.

Wa tunaalu bihir-roghoo-ibu wa husnul khowaatimi wa yustasqol ghomaamu bi wajhihil kariimi wa 'alaa aalihii wa shohbihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi 'adadi kulli ma'luumin laka," lyrik terdengar ritmis.

Barisan ini berjalan mengelilingi kampung menuju Sendang Kamulyan di tengah persawahan.

Di Sendang kamulyan itulah mereka melakukan ritual berdoa bersama dan memandikan ketiga gambar yang dibawa sebagai simbol pembersihan diri untuk kemenangan Prabowo Gibran atas restu dari eyang Semar.

Ritus Larung Angkara dipimpin Maryanto, spiritual adat yang mengawali prosesi memandikan Semar, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pun dilaksanakan, didahului dengan doa bersama.

"Ini untuk menyatukan dan mengambil energi dari 4 energi bumi yang ada. Alhamdulillah, acara berlangsung dengan hikmat dan aman," katanya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya