Upaya Fogging Tidak Akan Efektif Cegah DBD, Ini Anjuran dari Dinkes Jabar

"Fogging itu tidak akan efektif ketika kita tidak menjalankan gerakan 3M Plus. Karena fogging itu berjalan maksimal hanya dua jam dan yang terkena itu hanya nyamuk yang beterbangan saja."

oleh Arie Nugraha diperbarui 02 Apr 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2024, 10:00 WIB
Petugas sedang melakukan fogging di RT 06 RW 03 Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi untuk memberantas jentik nyamuk DBD. (Liputan6.con/Bam Sinulingga)
Petugas sedang melakukan fogging di RT 06 RW 03 Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi untuk memberantas jentik nyamuk DBD. (Liputan6.con/Bam Sinulingga)

Liputan6.com, Bandung - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengatakan, dalam mencegah penyebaran nyamuk demam berdarah dengan metode fogging (pengasapan), tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan upaya 3M Plus. Menurut Vini cara yang paling efektif dalam mencegah demam berdarah dengue (DBD) yaitu dengan memastikan lingkungan agar tidak ada tempat hidup untuk nyamuk.

"Fogging itu tidak akan efektif ketika kita tidak menjalankan gerakan 3M Plus. Karena fogging itu berjalan maksimal hanya dua jam dan yang terkena itu hanya nyamuk yang beterbangan saja. Jentik-jentiknya masih ada di tempat perindukannya," ujar Vini dicuplik dari kanal Youtube Jabarprov TV, Senin, (1/4/2024).

Lebih lanjut Vini mengatakan fogging akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan tata cara yang ketat. Tindakan pengasapan ini dilakukan usai adanya temuan atau laporan kasus DBD di suatu daerah. Vini menegaskan gerakan 3M Plus merupakan upaya yang dianggap efektif dalam mencegah penyebaran nyamuk DBD dengan menguras dan menutup penyimpanan air serta membersihkan barang bekas yang bernilai ekonomis.

"Jangan sampai ada genangan air bersih yang berpotensi jadi tempat kembang biak nyamuk, contohnya di bagian bawah dispenser yang tidak sadari mungkin akan jadi tempat kembang biak nyamuk, itu harus kita bersihkan secara berkala minimal seminggu sekali," kata Vini.

Vini menuturkan setitik air yang menggenang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk untuk bertelur. Lebih lanjut dia berpesan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan yang dilakukan setiap hari di rumah, lingkungan sekitar, dan tempat kerja saat peralihan musim kemarau ke penghujan saat ini. Vini menjelaskan bahwa, sebenarnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu setiap tahun terjadi tapi yang paling tinggi kasusnya pada peralihan musim.

"Waspada ketika terjadi pergantian musim kemarau ke musim hujan pasti terjadi peningkatan DBD. Seperti contoh sekarang, biasanya yang agak meningkat itu sekitar Agustus, September, Oktober. Pada bulan (akhiran) 'ber' berhenti (kenaikannya), nanti kalau sudah selesai bulan 'ber' naik lagi di Februari, Maret dan April. Terus begitu antara musim kemarau dan musim hujan," jelas Vini.

Vini mengatakan pada masa peralihan musim kemarau ke penghujan, banyak barang yang berpotensi menampung genangan air seperti bekas kemasan makanan dan minuman.

Genangan air hujan yang turun sesaat ini sebut Vini, menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sehingga populasi nyamuk yang menjadi medium penularan banyak.

"Beda halnya saat musim hujan. Pada musim hujan air yang turun terus terusan mengalir sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk demam berdarah untuk berkembang biak. Tempat kembang biak nyamuk ini cukup dengan sedikit genangan air," sebut Vini.

Vini menegaskan pencegahan DBD harus dilakukan setiap hari karena masuk dalam kategori penyakit sepanjang tahun.

Salah satu contohnya adalah menutup tempat air, menguras dan melakukan daur ulang benda bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

"Itu harus dilakukan sepanjang tahun terutama tadi saat perubahan musim kemarau ke musim hujan antisipasinya harus lebih giat," sebut Vini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Puluhan Rumah Sakit di Bandung Siaga

Dicuplik dari laman Regional, Liputan6, sebanyak 41 rumah sakit di Kota Bandung dipastikan siap menangani kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merebak beberapa waktu ini. Terkait itu, Pemerintah Kota Bandung pun disebut telah menggelar rapat koordinasi dengan para direktur dan kepala rumah sakit.

Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono mengaku telah meminta secara langsung agar rumah sakit memberikan pelayanan maksimal bagi pasien DBD.

"Hari ini kita undang para direktur rumah sakit, mari kita bersama tangani kasus demam berdarah yang cukup tinggi. Kita bersepakat, kalau terjadi kasus DBD maka akan diberikan ruang oleh teman-teman rumah sakit untuk segera ditangani," kata Bambang dalam keterangannya di Bandung, Kamis (28/3/2024).

Pihak rumah sakit juga diminta untuk terus memperbaharui data pasien DBD secara berkala sehingga data yang didapat valid dan real-time. Data menjadi salah satu penunjang dalam intervensi penanggulangan DBD.

"Sampai dengan minggu ketiga bulan Maret ada penurunan kasus dibanding awal Maret. Mudah-mudahan datanya valid dan real-time, kita bangun sistem informasinya update," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, saat ini tingkat keterisian rumah sakit mencapai 73,6 persen. Ia menyebut di beberapa rumah sakit didominasi pasien DBD.

Untuk itu, perlu adanya sinergisitas antara pemerintah dan rumah sakit agar tidak terjadi lonjakan kasus DBD yang dirawat di rumah sakit.

"Kota Bandung sedang terjadi kenaikan kasus demam berdarah yang cukup signifikan dan ini menjadi beban juga bagi rumah sakit karena dari data yang kami dapatkan ketelisian tempat tidur di rumah sakit saat ini 73,6 persen itu cukup tinggi sebetulnya," katanya.


Pasien Kondisi Berat

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengaku hingga awal pekan ini (25/03/2024) tengah merawat 11 pasien demam berdarah dengue (DBD) dengan kondisi berat.

Menurut dokter dari Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis KSM IK Anak RSHS, Anggraeni Alam, meski jumlahnya sedikit tetapi angka tersebut dapat disebut peningkatan kasus di rumah sakit milik Kementerian Kesehatan RI tersebut.

"Namun ingat ini adalah top referral Jawa Barat. Artinya akan jauh lebih banyak, justru teman-teman yang di rumah sakit tipe B atau rumah sakit-rumah sakit baik pemerintah dan swasta tapi bukan top referral Hasan Sadikin karena yang lebih banyak disana. Sampai ke Hasan Sadikin tentu yang berat-berat," ujar Anggraeni ditulis Bandung, Kamis, 28 Maret 2024.

Anggraeni menjelaskan kondisi pasien DBD yang dirawat di RSHS Bandung yakni mengalami syok berkepanjangan yang berdampak pada pendarahan, ke saluran pencernaan, kejang, atau tidak sadarkan diri.

Sebagian besar dapat dipulihkan kondisi kesehatannya. Namun, Anggraeni tidak menampik ada juga kasus kematian pasien saat penanganannya.

"Dalam tiga bulan terakhir ini sekitar 6 persen angka kematiannya. Namun itu angka yang tanda kutip memang demikianlah adanya. Dengue kalau sudah amat sangat berat terlambat ditanganinya angka kematiannya bisa 50:50," kata Anggraeni.

Anggraeni menerangkan kasus DBD mayoritas menyerang anak-anak 0-14 tahun, di mana persentasenya mencapai 75 persen pada kematian.

Sedangkan kejadian DBD pada anak umur serupa mencapai 50 persen dari total kasus. Kemudian usia 15 hingga 44 tahun mencapai 30 persen, dan sisanya adalah 45 tahun ke atas.

"Jadi memang dengue di Indonesia ini banyaknya menyerang yang masih muda," ungkap Anggraeni.

Dari data Kementerian Kesehatan, kasus DBD di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2021 sebanyak 73.518 kasus dengan angka kematian 705 orang.

 


Upaya Pencegahan dengan 3M Plus

Seperti dikutip dari laman Ayo Sehat Kementerian Kesehatan RI, kasus demam berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena lingkungan yang kurang bersih.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus seperti dibawah ini:

1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.

2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.

3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti berikut:

- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk

- Menggunakan obat anti nyamuk

- Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi

- Gotong Royong membersihkan lingkungan

- Periksa tempat-tempat penampungan air

- Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup

- Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras

- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

- Menanam tanaman pengusir nyamuk

Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan.

Tidak heran jika hampir setiap tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB). Masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini.

Oleh karena itu, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah upaya pencegahan DBD dengan 3M Plus.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya