Rekomendasi Teknis dari Badan Geologi soal Longsor Tol Bocimi

Diimbau untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, di antaranya tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 04 Apr 2024, 16:11 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2024, 16:11 WIB
Longsor di Jalan Tol Bocimi (Liputan6.com/Istimewa)
Longsor di Jalan Tol Bocimi (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi menyampaikan beberapa rekomendasi teknis terkait kejadian longsor di jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Tol Bocimi) tepatnya di KM 64-600 Tol Parungkuda, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.

Longsor tersebut dilaporkan terjadi pada Rabu (3/4/2024) sekitar pukul 20.00 WIB, setelah curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama mengguyur daerah tersebut.

Badan Geologi menyampaikan rekomendasi teknis tersebut dinilai bisa jadi langkah antisipasi atas potensi longsoran susulan, mengingat potensi hujan dengan intensitas tinggi masih bisa terjadi.

Beberapa rekomendasi teknis itu di antaranya adalah imbauan agar segera membenahi saluran air permukaan agar lebih kedap air dan mampu menampung air jika debit air meningkat saat hujan.

"Jika muncul retakan di sekitar lereng tersebut agar segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan," jelas Kepala PVMBG Badan Geologi, Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, dikutip lewat laporan tertulis di Bandung, Kamis (4/4/2024).

Di samping itu, diimbau untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng, tidak mencetak kolam baru di area longsoran untuk mengurangi penjenuhan lereng, dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan.

"Pemasangan rambu rawan bencana longsor di sekitar lokasi bencana untuk meningkatkan kewaspadaan," katanya.

Tetap Waspada

Badan Geologi juga mengimbau agar warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi dan pengguna jalan untuk tetap waspada apabila terjadi hujan yang berlangsung lama karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan.

"Warga, aparat maupun tim yang bertugas untuk penanganan material longsoran maupun perbaikan jalan, agar senantiasa waspada dan antisipasi terhadap potensi longsoran susulan mengingat daerah tersebut masih rawan longsor terutama jika turuh hujan," kata Hendra.

Secara mendasar, sosialisasi yang bertujuan untuk mengenalkan dan memberi pemahaman soal gerakan tanah pun jadi bagian penting bagi masyarakat. Literasi kebencanaan harus bisa tertanam dengan baik di masyarakat.

"Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah," kata Hendra. "Masyarakat agar selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat dan BPBD," imbuhnya.

Sebelumnya, Hendra Gunawan menerangakan, berdasarkan peta prakiraan Gerakan Tanah bulan April 2024 di Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Ciambar itu termasuk dalam zona potensi gerakan tanah Menengah-Tinggi.

Artinya, pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Menurut analisis Badan Geologi, faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena kemiringan lereng yang agak curam. Selain itu, tanah pelapukan cukup tebal yang merupakan lapukan dari endapan batuan gunungapi.

"Serta dipicu curah hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan lama sebelum terjadinya bencana," jelasnya. "Tidak ada struktur geologi dan hal major yang lainnya yang dapat membahayan lebih jauh, ini murni karena tingkat kejenuhan air satuan batuan di permukaan dan curah hujan tinggi," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya