Demam Berdarah di Jabar Tembus 21 Ribu Kasus

Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jabar menyampaikan, pasien DBD yang meninggal dunia sebanyak 177 orang.

oleh Arie Nugraha diperbarui 30 Apr 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 12:00 WIB
Angka DBD Meningkat
Jika dibandingkan pada periode yang sama di 2023 tercatat jumlah kasus DBD berada di angka 22.551 kasus. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Bandung - Jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencapai total 21.533 periode 1 Januari-26 April 2024.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jabar, Vini Adiani Dewi, sedangkan pasien yang meninggal dunia sebanyak 177 orang.

"Nanti akan ada gerakan bersama di seluruh Jawa Barat. Dimana seluruh elemen masyarakat itu dilibatkan dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSM). Karena kasus DBD ini tergantung kepada berapa banyak nyamuk penularnya. Ketika perkembangbiakan nyamuknya menurun maka otomatis kasus DBD akan menurun," ujar Vini.

Vini berharap dengan adanya gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSM) bersama seluruh kelompok masyarakat Provinsi Jabar ini dapat menekan pertumbuhan perkembangbiakan nyamuk.

Vini mengatakan program ini bertujuan agar menjadi budaya di masyarakat guna menekan jumlah kasus penyakit DBD setiap tahunnya.

"Salah satunya ketika kita jadikan seluruh masyarakat itu jadi agen perubahan perilaku pemantauan jentik nyamuk, PSM dengan bergotong royong menjadi kawajiban seluruh masyarakat. Dan juga dilakukan secara rutin," kata Vini.

Vini menuturkan program PSM dengan masyarakat sebagai agen perubahannya akan dimulai pada pertengahan Mei 2024 mendatang.

 

Optimalisasi Fogging Nyamuk DBD

Sebelumnya pada 1 April 2024, Vini menerangkan dalam mencegah penyebaran nyamuk demam berdarah dengan metode fogging (pengasapan), tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan 3M Plus

Menurut Vini cara yang paling efektif dalam mencegah demam berdarah dengue (DBD) yaitu dengan memastikan lingkungan agar tidak ada tempat hidup untuk nyamuk.

"Fogging itu tidak akan efektif ketika kita tidak menjalankan gerakan 3M Plus. Karena fogging itu berjalan maksimal hanya dua jam dan yang terkena itu hanya nyamuk yang beterbangan saja. Jentik-jentiknya masih ada di tempat perindukannya," ujar Vini dicuplik dari kanal Youtube Jabarprov TV.

Vini mengatakan fogging akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan tata cara yang ketat. Tindakan pengasapan ini dilakukan usai adanya temuan atau laporan kasus DBD di suatu daerah.

Vini menegaskan gerakan 3M Plus merupakan upaya yang dianggap efektif dalam mencegah penyebaran nyamuk DBD dengan menguras dan menutup penyimpanan air serta membersihkan barang bekas yang bernilai ekonomis.

"Jangan sampai ada genangan air bersih yang berpotensi jadi tempat kembang biak nyamuk, contohnya di bagian bawah dispenser yang tidak sadari mungkin akan jadi tempat kembang biak nyamuk, itu harus kita bersihkan secara berkala minimal seminggu sekali," kata Vini.

Vini menuturkan setitik air yang menggenang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk untuk bertelur.

Vini berpesan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan yang dilakukan setiap hari di rumah, lingkungan sekitar, dan tempat kerja saat peralihan musim kemarau ke penghujan saat ini.

Vini menjelaskan, sebenarnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu setiap tahun terjadi tapi yang paling tinggi kasusnya pada peralihan musim.

"Waspada ketika terjadi pergantian musim kemarau ke musim hujan pasti terjadi peningkatan DBD. Seperti contoh sekarang, biasanya yang agak meningkat itu sekitar Agustus, September, Oktober. Pada bulan (akhiran) 'ber' berhenti (kenaikannya), nanti kalau sudah selesai bulan 'ber' naik lagi di Februari, Maret dan April. Terus begitu antara musim kemarau dan musim hujan," jelas Vini.

Vini mengatakan pada masa peralihan musim kemarau ke penghujan, banyak barang yang berpotensi menampung genangan air seperti bekas kemasan makanan dan minuman.

Genangan air hujan yang turun sesaat ini sebut Vini, menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sehingga populasi nyamuk yang menjadi media penularan banyak.

"Beda halnya saat musim hujan. Pada musim hujan air yang turun terus terusan mengalir sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk demam berdarah untuk berkembang biak. Tempat kembang biak nyamuk ini cukup dengan sedikit genangan air," sebut Vini.

Vini menegaskan pencegahan DBD harus dilakukan setiap hari karena masuk dalam kategori penyakit sepanjang tahun.

Salah satu contohnya adalah menutup tempat air, menguras dan melakukan daur ulang benda bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

"Itu harus dilakukan sepanjang tahun terutama tadi saat perubahan musim kemarau ke musim hujan antisipasinya harus lebih giat," sebut Vini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya