Angka DBD Nasional Tinggi Kecuali Batam, Apa Rahasianya?

Kementerian Kesehatan menyebut bahwa Batam adalah anomali bagi penyebaran Demam Berdarah Dengue karena angkanya sangat rendah.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 29 Jun 2024, 14:29 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2024, 14:29 WIB
Batam
Tim Juru mantau Jentik (Jumantik) Pelabuhan tengah menyisir genangan air yang berpotensi sarang nyamuk di Pelabuhan Batam center. Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Liputan6.com, Jakarta Kasus Demam Berdarah di Indonesia meningkat sangat tinggi beberapa tahun terakhir. Namun tidak bagi Provinsi Kepulauan Riau. Bahkan di Batam menurun.

Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Yudhi Pramono saat penandatanganan MoU untuk mewujudkan Kawasan Bebas Dengue (Demam Berdarah) di Wilayah Pelabuhan dan Bandara di Batam.

"Batam itu menurun, karena kolaborasi antara Pemerintah Daerah,  kelompok masyarakat dan kerja keras dari stakeholder kesehatan," kata Yudhi Pramono.

Yudhi berharap Batam menjadi contoh berskala nasional melalui kampanye kesehatan yang menyasar gedung perkantoran ataupun gedung pelayanan publik.

"Pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat berjalan efektif apabila melibatkan seluruh elemen, baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat," katanya.

Dijelaskan keberadaan juru pemantau jentik menjadi ujung tombak. Upaya pencegahan dengue akan optimal bila setiap gedung atau rumah berperan aktif dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus minimal satu minggu sekali.

Peran Jumantik di Batam sangat aktif dalam upaya pencegahan Dengue.

Sementara itu Kepala Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBK) Batam, Romer Simanungkalit mengungkapkan, seluruh pelabuhan penumpang di Batam telah memiliki petugas jumantik antara 2-3 orang/pelabuhan.

“Jumantik ini selalu dalam binaan BKK Batam. Setiap tahun, kami lakukan pembinaan agar mereka bisa melakukan pekerjaan di lapangan dengan baik,” katanya.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Batam Melda Sari menuturkan bahwa kasus DBD di Kota Batam turun. Pada 2022 ada 902 kasus, kemudian 392 kasus pada 2023, dan 181 kasus pada 2024.

“Ini berkat dukungan dari kader jumantik. Jadi, kalau tidak ada teman-teman di lapangan itu, mungkin tidak bisa ada penurunan, baik di masyarakat, perumahan atau pelabuhan,” kata Melda.

Saat ini Batam sudah menjalankan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara masif. Selanjutnya, Yudhi mendorong untuk penerapan Gerakan 1 Gedung 1 Jumantik, bahkan 1 Lantai 1 Jumantik agar kasus dbd yang terjadi di tempat kerja semakin turun dan tidak ada kasus.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya