Viral Soal Kades Sendangharjo, Ini Nasihat Pengasuh Ponpes Miftahussa'adah Blora

Menurut KH Zaenal Mustofa, perlu adanya tabayyun yang dilakukan untuk menyikapi permasalahan. Tabayyun adalah metode penyelesaian masalah dalam tradisi Islam yang berarti meneliti, menjelaskan, memahami, mencari tahu, atau memverifikasi.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 24 Jul 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 13:00 WIB
Pengasuh Ponpes Miftahussa'adah, KH Zaenal Mustofa. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Pengasuh Ponpes Miftahussa'adah, KH Zaenal Mustofa. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahussa'adah, KH Zaenal Mustofa, telah mendengar adanya permasalahan atau kisruh yang saat ini sedang viral di jagat maya. Yaitu, mengenai kasus yang menimpa Kepala Desa (Kades) Sendangharjo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Wiwik Suhendro. 

Yang bersangkutan telah diberhentikan oleh Bupati Blora, Arief Rohman melalui Surat Keputusan (SK) pemberhentian tertanggal 17 Juli 2024.

Menurut KH Zaenal Mustofa, perlu adanya tabayyun yang dilakukan untuk menyikapi permasalahan dan jangan dari sisi sepihak saja. Tabayyun adalah metode penyelesaian masalah dalam tradisi Islam yang berarti meneliti, menjelaskan, memahami, mencari tahu, atau memverifikasi. 

"Monggo lah warga untuk menyikapi damel sing adem, ojo podo panas," ujarnya dengan logat jawa saat ditemui Liputan6.com di kediamannya, Selasa (23/7/2024) malam. 

Kediaman dan Ponpes Miftahussa'adah Blora berlokasi di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora yang berada persis bersebelahan dengan Desa Sendangharjo. Oleh sebab itulah, lingkungan banyak mengetahui dan mendengar adanya permasalahan tersebut. 

Dikatakan KH Zaenal Mustofa, untuk menyikapi permasalahan yang sudah mengemuka ini ada jalur-jalurnya. Terpenting bagi lingkungan, sekali lagi disampaikan supaya dibuat tentram. 

"Itu kan ada jalur-jalurnya yang mengurusi. Monggo sareng-sareng didamel sing adem mawon, gak usah digawe ribet kersane mboten ada gejolak di lingkungan sini," ujarnya. 

Lebih lanjut, KH Zaenal Mustofa menuturkan, lingkungan mengenal baik dengan yang mengalami masalah saat ini. Tak lupa, juga diberikan nasihat supaya yang bersangkutan untuk bersabar dalam menghadapi ujian. 

"Monggo pak lurah, iya kudu istilahe ikut dadi tua seng sabar. Diselesaikan kalau memang jenengan tidak merasa yang dituduhkan, kalau tidak terbukti monggo lah menurut jenengan saene pripun. Maksude itu wong cilik-cilik ben rak ribet pak," tuturnya.

Bantah Tudingan

Wiwik Suhendro saat ditemui Liputan6.com dalam sebuah kesempatan. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Wiwik Suhendro saat ditemui Liputan6.com dalam sebuah kesempatan. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Sebelumnya, awak media ini berkesempatan mewawancarai Kades Sendangharjo, Wiwik Suhendro, secara langsung supaya informasi yang beredar berimbang. Dia membantah atas tudingan dirinya bersama sang istri dianggap melakukan perbuatan asusila. 

"Tentang isu yang beredar pelecehan asusila, itu sebenarnya tidak benar," jawabnya. 

Permasalahan yang menerpanya ini tengah viral di jagat maya. Bahkan, juga menjadi bahasan rasan-rasan obrolan di warung kopi dan lain sebagainya. 

Terungkap bahwa sebelumnya banyak awak media dan pegiat media sosial berdatangan dalam acara musdes untuk melakukan peliputan serta lain sebagainya. 

Diakui Wiwik Suhendro, selama ini berkumpul bersama sang istri lantaran sudah sah secara agama. Hanya saja, belum menikah resmi secara negara. 

"Saya sebenarnya dengan istri saya sudah nikah siri, karena ada ketentuan masa iddah, saya harus menunggu," katanya. 

Wiwik Suhendro menyebut, bahwa hubungannya selama ini dengan sang istri yang merupakan perangkat desanya sendiri bukanlah perbuatan zina. 

"Jadi saya tidak ada namanya perzinaan atau apa itu tidak ada, saya yang dengan mantan istri juga sudah cerai," ucapnya. Disinggung sejak kapan munculnya gejolak di masyarakat, Wiwik Suhendro mengaku sebulan terakhir ini. 

"Setelah nikah siri sebulan baru ada gejolak," jawabnya, juga membenarkan ketika disinggung ada atau tidaknya kepentingan politik pihak lain, di balik kasus yang menerpanya dianggap meresahkan publik. 

Lantas, mengapa selama ini memilih diam saja dan kenapa tidak hadir saat sejumlah pihak yang digawangi BPD Sendangharjo menggelar musdes atas kasus yang menerpanya? 

"Saya upaya itu lebih baik diam karena apa, karena saya tidak merasa seperti yang dituduhkan," jawabnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya