Kisah Mbah Sarno Mantan Anggota Militer Sukarela yang Meraih Simpati Presiden

Presiden RI memberikan bantuan kepada Mbah Sarno seorang mantan anggota militer sukarela yang pernah terlibat dalam operasi Trikora hingga penuntasan PKI.

oleh Yanuar H diperbarui 07 Agu 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2024, 07:00 WIB
Anggota militer
Kurangnya rasa memiliki(Pexels/Somchai Kongkamsri)

Liputan6.com, Yogyakarta - Usai ramai di media membuat Presiden RI, Joko Widodo simpati terhadap Sarno (84), mantan anggota Militer Sukarela yang hidup seorang diri lebih dari 20 tahun. Penanggung Jawab Kehumasan Pimpinan dan Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji, mengatakan bantuan dari Presiden diberikan pada Senin (05/08) pukul 15.00 WIB di kediamannya, oleh Staf Kepresidenan RI di Ponjong, Gunungkidul.   

“Bantuan yang diberikan berupa sembako dan sejumlah uang. Presiden RI mengetahui hal ini dari pemberitaan media yang sempat viral. Karena kisah beliau ini, Presiden tersentuh dan mengirimkan bantuan. Mengingat, bahwa Mbah Sarno ini pernah berjuang untuk Indonesia RI, dalam pasukan militer sukarela. Semoga apa yang telah diberikan kepada Mbah Sarno, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,” tutur Ditya Senin 05 Juli 2024.

 Mbah Sarno mengaku pernah terlibat dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora), pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan memberantas anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1966-1967.

Mbah Sarno pernah menjadi anggota Militer Sukarela sejak 1960 tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) 409 hingga saat ini statusnya belum bisa menjadi veteran, walau sudah pernah mengajukan status veteran hingga dua kali sejak 2014.   

“Saya tugas mulai dari tahun 1960. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat. Kedua di Sumatera pemberantasan PRRI. Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar. Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat (Trikora)," tutur Mbah Sarno. 

Mbah Sarno sebelum purna tugas, diberi penghargaan bintang sewindu setelah sembilan tahun bertugas. Mbah Sarno menyebut, sudah tidak menjadi anggota Militer Sukarela sejak tahun 1969.  

"Saya tugas sampai 1969. Akhirnya sudah 9 tahun itu diserahkan saya sudah dapat bintang sewindu juga," ujar Mbah Sarno. 

 

Tinggal Seorang Diri di Bekas Kandang Ayam

Mbah Sarno hidup sebatang kara dan kini, ia tinggal di sebuah rumah kecil, bekas kandang ayam. Tak ada perkakas modern, hanya ada televisi kotak yang sudah rusak setiap harinya hanya mendengarkan suara dari radio usangnya. 

Agung Nugroho, Lurah Genjahan, Ponjong, mengatakan, Mbah Sarno salah satu warganya yang masuk kategori tidak mampu dan pernah mendapatkan bantuan BLT pada masa Covid - 19 namun kini tidak. Mbah Sarno mendapatkan bantuan dari alokasi dana desa setahun sekali. 

Agung mengatakan Sejak tahun 2020, pihak desa sudah mengeluarkan bantuan minimal 10% untuk diberikan kepada warga yang kurang mampu, termasuk Mbah Sarno. Sementara untuk PKH sendiri, Agung menyebut, tidak bisa melakukan intervensi. 

“Bantuan ini masih kurang, dan kami berharap bantuan selanjutnya bisa beliau dapat dari luar kalurahan. Kami harap beliau dapat dibantu sebagai bekas pejuang yang pernah berjasa terhadap Indonesia ,” ujar Agung.  

Agung melanjutkan soal kelayakan hunian, tidak dapat berbuat banyak melalui program RTLH karena terkendala Mbah Sarno tidak memiliki lahan yang ada di sini. Syarat bantuan RTLH sendiri adalah memiliki tanah atas nama yang bersangkutan, atau salah satu warga yang mengatasnamakan Mbah Sarno.

 Agung berharap dengan adanya bantuan ke Mbah Sarno ini dapat berlanjut, sebab saat ini Mbah Sarno sudah berusia sangat lanjut, yaitu 84 tahun. Agung memastikan, bantuan yang baru saja diterima oleh Mbah Sarno mantan anggota militer sukarela ini benar-benar bantuan dari Presiden RI.

“Bantuan berupa sembako, kemudian uang stimulan untuk mungkin 2 bulan 3 bulan cukup untuk hidup Pak Sarno. Stimulan uang kalau nominalnya kami tidak mau tahu, artinya karena itu sudah hak beliau,” ujarnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya