KontraS Aceh dan RMCN Gagas Kontes Seni Rohingya - Aceh

Seni diharapkan menjadi medium yang menjembatani pertemuan antara dua bangsa yang pernah dan sedang mengalami kekerasan yakni Aceh dan Rohingya. KontraS Aceh x RMCN menggagas kontes yang menjadi penghubung tersebut:

oleh Rino Abonita diperbarui 24 Agu 2024, 09:01 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2024, 04:00 WIB
Flyer kontes seni yang digagas KontraS Aceh x RMCN (Liputan6.com/ist)
Flyer kontes seni yang digagas KontraS Aceh x RMCN (Liputan6.com/ist)

Liputan6.com, Banda Aceh - KontraS Aceh dan Rohingya Maìyafuìnor Collaborative Network (RMCN) mengadakan kontes seni dengan mengajak masyarakat Aceh dan pengungsi Rohingya sebagai pesertanya. Kontes ini merupakan yang kedua setelah menggelar lomba yang sama pada April lalu.

Dengan tema "cerita dari tanah perang: dari pengungsian hingga penghilangan orang secara paksa", kontes seni ini memiliki kategori yang bisa diikuti berupa lukisan, fotografi, pahatan, dan musik. Total hadiahnya mencapi Rp 12 juta rupiah.

Terdapat sepuluh pemenang yang nantinya akan dipilih, terdiri dari lima peserta dari kalangan masyarakat Aceh dan lima lagi dari kalangan pengungsi Rohingya. Usia peserta yang dipersilakan ikut dalam kontes yaitu 18 sampai 35 tahun.

Karya seni yang ikut dalam kontes ini akan dinilai berdasarkan kreativitas, orisinalitas, relevansi, serta dampak karya itu sendiri secara keseluruhan. Para peserta dapat mengirimkan maksimal dua karya andalan dalam bentuk file digital ke alamat surel rohingyawomencollaborative@gmail.com paling lambat 15 September 2024. 

Seni Melampaui Kata-Kata

Flyer kontes seni yang digagas KontraS Aceh x RMCN (Liputan6.com/ist)
Flyer kontes seni yang digagas KontraS Aceh x RMCN (Liputan6.com/ist)

Koordinator KontraS Aceh Azharul Husna mengatakan bahwa perlombaan ini dapat menjadi ruang pengingat sekaligus pencatat sejarah dari dua bangsa yang mengalami pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan seni sebagai mediumnya. 

"Seni dapat membantu kita memahami dampak kekerasan pada individu dan masyarakat serta mencegah pengulangan peristiwa serupa di masa depan yang dapat diakses oleh berbagai generasi, sehingga dapat belajar dari masa lalu dan berusaha menciptakan masa depan yang lebih baik," kata Azharul kepada Liputan6.com, Kamis (22/8/2024). 

Sementara itu, salah satu pendiri Rohingya Maìyafuìnor Collaborative Network (RMCN) Noor Azizah mengatakan bahwa seni adalah sesuatu yang melampaui kata-kata, dan ia dapat bercerita serta dapat menyentuh hati.

Karena itu, lanjut Noor, kompetisi ini diharap dapat menjadi wadah bagi para seniman baik dari kalangan warga Aceh maupun pengungsi Rohingya untuk mengekspresikan pengalaman pribadi, penderitaan, bagaimana mereka bangkit hingga apa harapan mereka.

"Kami mengundang masyarakat Aceh dan pengungsi Rohingya di Indonesia untuk mengikuti kompetisi seni yang memanfaatkan kreativitas untuk mengangkat tema kepedihan tentang orang-orang terkasih yang hilang dan orang-orang yang hilang," ajak Noor.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya