Perkaya Literasi, Tiga Guru Besar UGM Luncurkan 12 Seri Buku Kuliner Indonesia

Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada meluncurkan 12 buku seri kuliner Indonesia yang ditulis oleh tiga Guru Besar. 

oleh Yanuar H diperbarui 28 Agu 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 09:00 WIB
[Bintang] Kuliner Khas Arab dan Timur Tengah
Kuliner Khas Arab dan Timur Tengah. foto: kazbar.com

Liputan6.com, Yogyakarta - Murdijati Gardjito, Umar Santoso, Eni Harmayani tiga Guru Besar  yang berasal dari  Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM ini meluncurkan 12 buku seri kuliner Indonesia untuk literasi kuliner Indonesia. Peluncuran 12 buku seri kuliner Indonesia ini tidak hanya untuk memperkaya kajian dunia akademik namun memperkuat identitas kuliner Indonesia di tingkat nasional dan internasional.

Dekan FTP UGM  Eni Harmayani mengatakan sebelumnya sudah ada peluncuran 3 buku seri kuliner. Menurutnya buku ini sebagai milestone atau tonggak sejarah penting bagi dunia pangan di Indonesia. 

"Saya kira ini adalah karya monumental yang menjadi saksi sejarah warisan kuliner Indonesia. Buku ini tidak hanya meluncurkan satu karya, tetapi 15 karya monumental yang menyimpan kekayaan tradisi dan budaya kuliner Indonesia," kata Eni Harmayani dalam peluncuran Buku Pesona Cita Rasa Indonesia, di auditorium Kamarijani Soenjoto FTP UGM, Sabtu 24 Agustus 2024.  

 

Murdijati Gardjito mengatakan peluncuran  buku seri kuliner Indonesia ini salah satu bentuk apresiasi kekayaan kuliner Indonesia. Ia menjelaskan buku pertama dalam seri ini membahas makanan pokok yang memberikan asupan gizi terbesar dalam tubuh dengan 208 jenis resep makanan pokok di Indonesia yang tidak hanya berbahan dasar beras, tetapi juga jagung, pisang, labu kuning, sagu, dan bahan-bahan lainnya.

 "Keanekaragaman pangan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan keterbatasan bahan pangan, karena pilihan makanan pokok kita sangat beragam," jelasnya.

William Wirjaatmadja Wongso, selaku konsultan gastronomi dan konsultan kuliner Indonesia, mengatakan karya-karya keanekaragaman pangan dan kuliner ini adalah sebuah mahakarya tentang budaya kuliner Indonesia secara akademis. Sehingga penting untuk penerjemahan buku ini agar dunia internasional dapat memahami betapa kayanya kuliner Nusantara.  Tetapi, dia juga menggarisbawahi tantangan dalam mendidik praktisi budaya kuliner di Indonesia, terutama di tingkat SMK. 

"Kita lemah dalam pendidikan praktisi budaya kuliner. Sangat jarang kita menemukan juru masak Indonesia yang menguasai masakan tradisional, sehingga buku-buku ini harus dimiliki oleh sekolah-sekolah SMK agar generasi muda dapat belajar dan memahami keragaman kuliner Indonesia," tambahnya.

 Marwanti salah satu pembahas lainnya yang juga Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Vokasi Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta, menguraikan  makanan memiliki berbagai macam fungsi, baik dalam aspek fisiologi, kesehatan, sosial, budaya, politik, diplomasi, maupun pengembangan pariwisata. 

"Buku ini tidak hanya menawarkan resep, tetapi juga cerita dan makna mendalam bagi masing-masing daerah di Indonesia. Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti, sehingga buku ini asyik dan membuat pembaca hanyut dalam cerita sejarah makanan dari berbagai daerah," ujarnya.

Sementara itu, Chef Ragil Imam Wibowo, pendiri Nusa Gastronomi Indonesia memulai pembahasan dengan menyoroti bagaimana buku-buku ini melanjutkan warisan Mustika Rasa yang telah dipublikasikan pada tahun 1967. Baginya, buku ini bisa menjadi tameng untuk melindungi kebanggaan terhadap makanan Indonesia dari pengaruh luar negeri.

 "Makanan Indonesia sudah banyak 'dikolonisasi' oleh masakan asing, sehingga buku ini menjadi primbon penting untuk mempertahankan dan mempromosikan kekayaan kuliner kita," tegasnya.

Ia juga berharap agar dua belas buku seri kuliner Indonesia ini dapat menjadi bahan ajar life skill di sekolah-sekolah dasar, sebagaimana yang diterapkan di Jepang. 

"Di Jepang, anak-anak SD sudah dikenalkan pada life skill untuk kehidupan, termasuk ilmu tentang gastronomi. Saya sangat berharap Indonesia dapat menerapkan hal serupa, karena semua yang diuraikan dalam buku ini sangat mumpuni, mulai dari bahan, cara memasak, hingga penyajian yang modern," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya