Wamen Nezar Patria Sebut Pentingnya Pendampingan Kapasitas Digital bagi UMKM

Eksistensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah terbukti ketangguhannya bahkan saat pandemi Covid-19 melanda dan mampu menjadi pilar penyokong ekonomi nasional. Namun, para pelaku UMKM masih perlu pendampingan dalam kapasitas digital untuk berkembang.

oleh Yanuar H diperbarui 07 Nov 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2024, 08:00 WIB
Pemberdayaan UMKM Melalui Teknologi
Pengunjung mengunjungi salah satu stan pameran ivent Mekari di Jakarta, Kamis (25/4). Bank Mandiri berharap dapat memperkuat kapasitas UKM dalam mengembangkan bisnis melalui pemanfaatan teknologi digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyebut ada 4 tantangan adopsi digital UMKM saat ini, yakni kapasitas keuangan, koneksi internet, keterampilan digital, dan keterbatasan perangkat komputer. Demi mendorong kapasitas digital di kalangan UMKM, ada program pembangunan infrastruktur telekomunikasi, pelatihan talenta digital UMKM, pendampingan UMKM level up, dan akselerasi bisnis UMKM.

“Tentunya ini semua perlu dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat bisnis, perguruan tinggi, fasilitator, aktivis UMKM, dan wirausahawan,” kata Nezar dalam seminar bertajuk “Strategi dan Praktik Baik dalam Meningkatkan Kapasitas UMKM untuk Naik Kelas” di ruang Multimedia, Gedung Pusat UGM, Minggu 3 November 2024.

Jika kapasitas digital ini terpenuhi maka UMKM akan naik kelas. Wamen Nezar pun mencontohkan praktik baik digitalisasi UMKM di tanah air yang telah berhasil tembus hingga pasar dunia dan bisa naik kelas, yakni startup Efishery. “Seperti contohnya Efishery ini, bisnis sederhana apabila diintervensi oleh teknologi digital yang tepat dapat memperkuat produksi, mengoptimalisasi hasil, dan yang paling penting membangun ekosistem,” jelasnya.

Menurut Praktisi Digital Marketing Specialist, Iwan J. Prasetyo, pelaku usaha penting meningkatkan kapasitas digital. Sebab fakta di lapangan masih perlu mendorong pelaku usaha untuk membuat konten dan branding untuk meningkatkan penjualan. “Banyak pelaku UMKM sudah merasa pintar digital karena telah memiliki akun media sosial, padahal dalam unggahannya hanya ada satu postingan,” kata alumnus UGM ini.

Iwan menyebut UMKM membutuhkan keterampilan foto atau video, membuat copywriting, analisis data unggahan, dan menguasai aplikasi penunjang yang terdiri dari media sosial, marketplace, Google Ads, aplikasi editing, dan AI. Dalam hal ini, perlu penekanan kesadaran digital asset. “Memiliki kesadaran bahwa akun media sosial adalah aset usaha, maka akan muncul pula tanggung jawab pengelolaan akun dan digitalisasi dapat berjalan dengan baik,” terangnya.

Guna meningkatkan kapasitas digital tersebut Agus Mashud S. Asngari Presiden Direktur Pertamina Foundation menjelaskan kiprah Pertamina untuk mendukung pengembangan kapasitas pelaku Usaha Kecil Mikro (UMK) dengan meluncurkan UMK Academy sebagai program pembinaan dengan kurikulum intermediate hingga advance. “Benefit yang ditawarkan dalam program ini berupa bantuan alat produksi, pelatihan inkubasi, pendampingan, jejaring, akses permodalan, dan pameran,” katanya.

Kaspar Situmorang Kepala Divisi Inovasi Digital BRI menjelaskan tentang kesiap-siagaannya untuk berkolaborasi dengan sebanyak-banyaknya UMKM yang ingin bergabung agar dapat memanfaatkan LinkUMKM dalam masalah pendanaan. "Produk BRI ini mampu membantu asesmen, meningkatkan cakupan pelaku usaha ke pasar dagang sesuai dengan produk keuangan yang cocok, melakukan evaluasi, hingga menjembatani ekspor ke seluruh dunia."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya