Liputan6.com, Cilacap - Salah satu ulama mazhab yang tersohor kuat hafalannya adalah Imam Syafi’i. Saking hati-hatinya, hingga dia manutup telinganya saat hendak menuju masjid sebab takut yang didengarnya selama perjalanan itu terpatri dalam pikirannya.
Imam Syafi’i merupakan murid Imam Malik, di mana sebelum berguru kepadanya ia telah menghafal dengan lancar kitab Al-Muwatta’.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Meski demikian, pernah Imam Syafi’i mengeluh soal hafalannya yang berkurang dan mudah sekali lupa kepada gurunya.
Kisah ini sebagaimana diceritakan pendakwah Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH) di sela-sela pengajiannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Nasihat Guru Imam Syafi'i
UAH menyampaikan keluh kesah Imam Syafi'i kepada gurunya soal hafalannya yang berkurang. Selain itu, ia pun merasakan hal yang tidak ia rasakan sebelumnya yakni begutu mudah lupa.
Imam Syafi'i berkata, mengadu pada gurunya, “wahai guruku, ilmuku kok agak berkurang, mudah sekali lupa ya,” kata UAH menyampaikan keluh kesah Imam Syafi'i kepada gurunya seperti dikutip dari tayangan YouTube Short @makayichannel, Jumat (28/02/2025).
Gurunya pun berpesan bahwa ilmu itu cahaya, dan Allah SWT tidak akan menurunkan ilmu kepada seseorang yang melakukan maksiat.
“Maka gurunya menyampaikan, Syafi'i, ilmu itu bagaikan cahaya dan cahaya Allah tidak diturunkan pada pelaku maksiat,” terangnya.
Advertisement
Doa agar Tidak Mudah Lupa
Mengutip NU Online, menurut cerita yang dikutip dari kompilasi kalam Habib Ahmad bin Hasan Al-Athas, ada seorang laki yang sowan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Kala itu dirinya mengeluh seperti ini: Ya Rasulallah, sungguh saya ini adalah orang yang pelupa. Tolong ajari kami sesuatu.
Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajarkan: Baca kalimat ini setiap hari.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِيْ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ
Allâhumma ij’al nafsî muthmainnatan, tu’minu bi liqâika wa tardlâ bi qadlâika
Artinya: Ya Allah, jadikan jiwa kami menjadi tenang, beriman akan adanya pertemuan dengan-Mu, dan rela atas garis yang Engkau tentukan.
Setelah ijazah dari Rasulullah tadi dibaca tiga kali sehari, pemuda tersebut mengaku: Setelah saya membaca itu, saya tidak pernah lupa tentang apapun. (Lihat Habib Zain bin Ibrâhîm bin Sumaith, Al-Manhajus Sâwî, Dârul Ilmi wad Da’wah, [Hadramaut, 2005], halaman 234).
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
