Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan 2024 sebagai tahun kejadian gempa bumi merusak tertinggi dalam kurun waktu 24 tahun terakhir.
Menurut Penyelidik Bumi Utama Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Supartoyo, sepanjang tahun 2024 telah terjadi sebanyak 31 kejadian gempa bumi merusak di Indonesia.
Advertisement
"Kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 diawali dengan gempa bumi di Lebak, Provinsi Banten tanggal 3 Januari 2024 bersumber dari zona intraslab dan diakhiri oleh kejadian gempa bumi Garut, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 7 Desember 2024 bersumber dari sesar aktif," ujar Supartoyo dalam keterangan tertulisnya dicuplik di laman PVMBG, Sabtu (11/1/2024).
Advertisement
Supartoyo mengatakan kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 tidak ada korban jiwa meninggal, namun tercatat 50 orang luka-luka.
Baca Juga
Memang, sepanjang tahun 2024 tidak ada kejadian gempa bumi yang mengakibatkan dampak besar. Namun beberapa kejadian gempa bumi merusak telah memberikan kepanikan seperti kejadian gempa bumi merusak di Banjar-Tapin, Pulau Bawean, Batang, Berau, Sanggau, Lumajang dan Cianjur.
"Tidak tercatat kejadian tsunami yang dipicu oleh kejadian gempa bumi merusak selama tahun 2024. Demikian juga tidak terjadi bahaya gempa bumi berupa sesar permukaan (fault surface rupture), namun terdapat bahaya ikutan (collateral hazard) berupa likuefaksi tipe siklik pada kejadian gempa bumi Pulau Bawean," ungkap Supartoyo.
Supartoyo menuturkan kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan beberapa bersumber dari zona penunjaman terutama zona intraslab.
Sumber gempa bumi merusak zona intraslab terjadi pada gempa bumi tanggal 3 Januari 2024 di Lebak Banten, 23 Maret 2024 di Bengkulu Selatan, 27 April 2024 di Jawa Barat, 15 September 2024 di Jawa Barat, dan 24 September 2024 di Gorontalo.
"Magnitudonya berkisar antara M 5,3 hingga M 6,2," ungkap Supartoyo.
Seperti halnya kejadian gempa bumi merusak tahun 2023, Supartoyo menyebutkan pada tahun 2024 Provinsi Jawa Barat tercatat paling banyak kejadian gempa bumi merusak, yakni 8 dari 31 kejadian gempa bumi merusak dan dominan bersumber dari sesar aktif di darat.
Ada hal menarik dari kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 yaitu kejadian gempa bumi merusak di Pulau Bawean tanggal 22 Maret 2024 dengan M 6,5 dan bersumber dari sesar Pola Meratus yang selama ini dianggap tidak aktif.
"Selain itu terdapat kejadian gempa bumi merusak di Pulau Kalimantan yang tercatat sebanyak 3 kejadian yaitu tanggal 13 Februari 2024 di Banjar-Tapin (Kalimantan Selatan), 15 September 2024 di Berau (Kalimantan Timur), 22 September 2024 di Sanggau (Kalimantan Barat), semuanya bersumber dari sesar aktif di darat dengan magnitudo berkisar M 4,2 hingga M 5,6," ucap Supartoyo.
Hal menarik lainnya adalah lanjut Supartoyo, bahwa terdapat kejadian gempa bumi merusak yang tidak bersumber dari zona sesar utama.
Namun pada tear fault atau bisa disebut sesar antitetik, seperti kejadian gempa bumi merusak tanggal 13 Februari 2024 di Banjar-Tapin (Kalimantan Selatan), 22 Maret 2024 di Pulau Bawean, 07 Juli 2024 di Batang (Jawa Tengah).
"Hal ini tentunya harus menjadi perhatian berkaitan dengan keberadaan tear fault atau sesar antitetik ini," sebut Supartoyo.
Simak Video Pilihan Ini:
Riwayat Gempa Merusak 2020-2024
Berdasarkan catatan dari Badan Geologi sejak tahun 2000 hingga 2024 telah terjadi sebanyak 5 hingga 31 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia.
Otoritas pemantau kegeologian itu mendefinisikan gempa bumi merusak adalah kejadian gempa bumi yang telah mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda.
"Kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 24 tahun terakhir sejak tahun 2000, yakni 31 kejadian," tukas Supartoyo.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua pentingnya upaya peningkatan mitigasi bencana gempa bumi.
Supartoyo menegaskan kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus ditingkatkan terutama dalam mengidentifikasi karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum terpetakan.
"Data katalog kejadian gempa bumi merusak dari Badan Geologi akan membantu dalam mengidentifikasi sumber-sumber gempa bumi tersebut. Karakteristik sumber-sumber gempa bumi tersebut harus diidentifikasi sebagai masukan untuk melakukan pemutakhiran menyusun peta kawasan rawan bencana (KRB) gempa bumi dan karakteristik sesar aktif," jelas Supartoyo.
Kedua peta tematik tersebut mengamanatkan Badan Geologi sebagai wali data. Peta KRB Gempa Bumi dan sesar aktif berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan masukan pada revisi penataan ruang.
Hanya dengan upaya mitigasi dan penataan ruang, risiko kejadian gempa bumi yang akan terulang di kemudian hari dapat diminimalkan.
"Selain itu upaya penguatan regulasi kebencanaan di daerah dalam bentuk peraturan daerah, SK Gubernur, bupati atau wali kota tentunya turut mendukung upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi," sebut Supartoyo.
Indonesia merupakan salah satu negara rawan bencana geologi di dunia, khususnya bencana gempa bumi karena terletak dekat dengan sumber-sumber gempa bumi.
Menurut Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats, 1997, keberadaan sumber gempa bumi tersebut berkaitan dengan proses tektonik yang terjadi berupa pertemuan empat lempeng tektonik yang terdapat di Indonesia, yaitu Lempeng Benua Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun, Lempeng Samudera Indo -Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm per tahun dan Lempeng Laut Philiphina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 8 cm per tahun.
Pertemuan antar lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya sumber gempa bumi yang terletak di laut dan di darat, serta sumber pembangkit tsunami (tsunamigenic).
Selain dari sumber pembangkit tsunami yang bersifat tektonik terdapat juga sumber pembangkit tsunami non tektonik yaitu erupsi gunung api dan gerakan tanah atau longsoran di dasar laut dan tepi pantai yang materialnya menuju ke laut.
Advertisement