Liputan6.com, Gorontalo - Kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan daerah yang dikenal sebagai tanah serambi Madinah ini, hingga September 2024 tercatat 172 kasus baru, sehingga total kasus di provinsi tersebut kini melebihi 1.300. Kota Gorontalo tercatat sebagai wilayah dengan jumlah kasus baru tertinggi, yakni sebanyak 102 kasus. Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap daerah tersebut guna menekan laju penyebaran penyakit mematikan tersebut.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Jeane Istianti Dalie, mengungkapkan bahwa, peningkatan jumlah kasus yang terdeteksi tidak selalu mencerminkan situasi yang memburuk. Sebaliknya, hal itu menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam melakukan deteksi dini secara aktif. “Peningkatan kasus ini bukan berarti situasi semakin buruk, melainkan menunjukkan bahwa kita semakin aktif menemukan kasus. Dengan begitu, kita dapat memberikan penanganan yang tepat kepada penderita dan mencegah penularan lebih lanjut,” kata dr. Jeane.
Baca Juga
Dia juga menyoroti pentingnya pemahaman yang benar di masyarakat terkait cara penularan HIV/AIDS. Menurutnya, penyakit ini tidak menular melalui kontak fisik sehari-hari, seperti bersalaman, berpelukan, atau berbagi makanan. Penularan utama terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik secara bersama.
Advertisement
Edukasi yang benar, lanjutnya, menjadi kunci utama untuk menghapus stigma terhadap penderita HIV/AIDS. “Dengan edukasi yang tepat, masyarakat dapat memahami HIV/AIDS secara benar, sehingga stigma dan diskriminasi terhadap penderita dapat diminimalisasi,” tambahnya.
Dr. Jeane juga mengingatkan pentingnya pengobatan secara teratur bagi penderita. Dengan terapi antiretroviral (ARV), virus HIV dapat ditekan sehingga penderita tetap dapat menjalani hidup yang produktif dan normal. “HIV/AIDS memang belum bisa disembuhkan, tetapi dengan pengobatan yang tepat, virus dapat ditekan sehingga tidak merusak sistem kekebalan tubuh. Pemerintah juga telah menyediakan fasilitas kesehatan gratis untuk pemeriksaan, pendampingan, dan pengobatan,” pungkasnya.