Tiga Dekade Violinis Yogyakarta Ucok Hutabarat, Terus Berkarya untuk Bangsa

Biola menjadi pilihan yang tidak terduga, namun mengantarnya ke berbagai panggung besar dan mempertemukannya dengan maestro musisi legendaris, seperti Iwan Fals hingga Sawung Jabo.

oleh Tifani diperbarui 19 Jan 2025, 20:53 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2025, 13:42 WIB
Ucok Hutabarat
Ucok Hutabarat... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Musik adalah bahasa universal yang melampaui batasan kata. Bagi Ucok Hutabarat atau yang akrab disapa Bang Ucok musik bukan sekadar seni, tetapi juga perjalanan hidup dan medium perjuangan.

Dalam dunia musik Indonesia, Bang Ucok dikenal sebagai seorang violinis, komposer, arranger, musician, additional player, hingga music teacher. Ia telah mencurahkan dedikasinya selama bertahun-tahun di dunia musik Indonesia.

Baru-baru ini, ia menjalin kolaborasi kreatif dengan grup musik Askara, menghasilkan karya yang menggugah semangat kebangsaan dan kekayaan budaya nusantara. Bang Ucok memulai perjalanannya dari desa terpencil di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Ketika remaja, ia memilih jalan yang tidak biasa. Ketika banyak teman-temannya memilih gitar sebagai alat musik favorit, Bang Ucok memutuskan mengambil biola. Keputusan itu bermula dari tekadnya untuk menghindari pendidikan Sekolah menengah Atas pada umumnya.

Sekolah Menengah Musik Medan membawanya berkenalan dengan biola untuk pertama kali. Alat musik yang kelak menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya bahkan hingga ke Yogyakarta.

"Saat itu, aku sebenarnya ingin bermain gitar," kata Bang Ucok

"Tetapi guru di sana melihat jari-jariku yang kecil dan mengatakan aku tidak cocok untuk gitar klasik. Lalu, aku mencoba biola dan sejak saat itulah tidak pernah berpisah," kata Bang Ucok

Biola menjadi pilihan yang tidak terduga, namun mengantarnya ke berbagai panggung besar dan mempertemukannya dengan maestro musisi legendaris, seperti Iwan Fals hingga Sawung Jabo. Salah satu pengalaman paling mendebarkan dalam kariernya adalah ketika ia mendapat kepercayaan untuk menggarap album "Memasuki Lorong Sunyi" dari Musisi Sawung Jabo pada 2007.

"Mas Jabo memberikan kepercayaan penuh untuk mendesain string dan mengaransemen musik dalam album itu. Itu adalah tantangan terbesar karena lirik-liriknya penuh dengan filosofi mendalam," Ujar Bang Ucok.

Berkolaborasi dengan musisi favorit tentu membuat ia merasa sangat bersemangat dan tertantang. Bayangkan saja, bisa berkreasi bersama idola yang karya-karyanya telah menginspirasi selama ini.

Namun, di balik euforia itu, ia juga dihadapkan pada tantangan besar, seperti menerjemahkan tema-tema kematian dan proses spiritual menjadi nada yang menggetarkan jiwa. Proses kreatif yang mendalam hingga revisi yang dilakukan hingga sepuluh kali menjadi bukti betapa seriusnya Bang Ucok mewujudkan pesan yang ingin Sawung Jabo sampaikan.

"Saat itu, Mas Jabo meminta saya membayangkan proses kehidupan dari lahir sampai mati, termasuk saat dikuburkan. Sulit sekali membayangkan sesuatu yang belum pernah dialami," katanya.

Namun, justru melalui tantangan itu, Bang Ucok belajar banyak tentang kekuatan imajinasi dalam musik. Ia menyadari bahwa musik tidak hanya tentang alat musik, tetapi juga tentang perasaan dan emosi yang ingin disampaikan.

Kolaborasi dengan Askara Nuswantara membawa Ucok pada pengalaman kreatif yang unik. Askara Nuswantara, yang memiliki visi kuat tentang kekayaan budaya dan sejarah Nusantara, membuat lagu-lagu bertema nasionalisme, patriotisme, serta keberagaman.

"Tema lagu-lagu Askara Nuswantara itu selalu penuh dengan sejarah dan filosofi," ujar Ucok.

Ia mencontohkan sebuah lagu yang sekilas bercerita tentang jalan raya, tetapi sebenarnya menggambarkan dinamika sosial dan ekonomi yang terjadi di sepanjang jalur kehidupan tersebut. Menurutnya, sebuah irik lagu mungkin sederhana, tetapi memiliki makna dan arti yang dalam.

Menurutnya, ia selalu bisa mempelajari hal baru tentang Indonesia, indahnya keberagaman budaya, dan kisah-kisah perjuangan, setiap kali berkolaborasi dengan Askara Nuswantara. Bahkan pada kolaborasi ketiga ini, Bang Ucok dan Askara Nuswantara akan kembali melanjutkan dua karya sebelumnya yang juga bertema Indonesia dan budaya nusantara.

Proyek ini tidak hanya berisi lirik dan melodi, tetapi juga sebuah gerakan untuk memperkuat kesadaran akan kekayaan budaya yang kerap terpinggirkan. Kolaborasinya dengan Askara Nuswantara adalah pengingat bahwa musik memiliki kekuatan untuk merangkul keberagaman, menyuarakan sejarah, dan kebanggaan akan tanah air.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya