Lauk Bekasam, Makanan Khas Sumsel akan Masuk Kurikulum Mulok Pangan Lokal

Makanan khas Sumsel, bekasam akan diajarkan dalam bahan ajar kurikulum muatan lokal pangan lokal yang mulai diterapkan per Febuari 2025 di 34 SMA/SMK di Sumsel.

oleh Nefri Inge diperbarui 27 Jan 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2025, 08:00 WIB
Lauk Bekasam, Makanan Khas Sumsel akan Masuk Kurikulum Mulok Pangan Lokal
Bekasam, salah satu lauk khas Sumsel yang akan masuk dalam bahan ajar kurikulum muatan lokal (mulok) pangan lokal, yang diterapkan per Febuari 2025 di 34 SMA/SMK di Sumsel (Dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id/ Nefri Inge)... Selengkapnya

Liputan6.com, Palembang - Penerapan kurikulum muatan lokal (mulok) pangan lokal di Sumatera Selatan (Sumsel), akan dimulai per Febuari 2025 mendatang, di 17 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 17 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di 17 kabupaten/kota di Sumsel.

Dalam kurikulum mulok pangan lokal tersebut, akan banyak makanan lokal yang akan diajarkan ke para pelajar, sebagai langkah ketahanan pangan yang diajarkan sejak dini.

Koordinator Pengawas SMA di Sumsel dan Tim Pengembangan Kurikulum Disdik Sumsel Muslim berkata, setelah uji coba dijalankan pada Febuari 2025, akan ada evaluasinya di Juni 2025 nanti.

Dari evaluasi tersebut, akan ada masukan dari banyak ahli dan uji pakar dan berakhir dengan finalisasi launching, yang kemungkinan bisa diajukan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Sumsel, untuk menjadi kurikulum tetap di SMA sederajat.

“Kurikulum merdeka sudah disediakan muatan pangan lokal per daerah, namun ada kurikulum muatan lokal secara general. Ini jadinya bisa untuk seluruh jenis pangan lokal. Karena ada beragam macam tanaman yang bisa diolah dengan banyak varian,” katanya, di sela Bimbingan Teknik (Bimtek) Mulok Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan Provinsi Sumsel, di Ballroom Hotel Emilia Palembang, Rabu (22/1/2025).

Di Sumsel sendiri, ada banyak pasokan ikan sungai yang habitatnya hidup di bentangan Sungai Musi dan anak sungai, yang bisa dikelola sebagai bahan pembelajaran mulok pangan lokal.

Dari ikan sungai saja, akan banyak olahan pangan yang bisa dibuat, salah satunya makanan khas daerah, fermentasi ikan sungai yakni bekasem yang bisa dijadikan lauk alternatif yang awet disimpan beberapa minggu, atau ikan sungai salai yang juga awet karena proses pengasapan.

Aries Jumliansyah, pemerhati lingkungan di Sumsel mendukung program kurikulum mulok pangan lokal tersebut, apalagi banyak makanan khas daerah di Sumsel yang bisa dilestarikan melalui kurikulum baru tersebut.

Dia juga membahas tentang menu makanan bekasam dan rusip, makanan khas Sumsel yang mungkin belum banyak diketahui generasi muda saat ini.

“Pengolahan rusip dan bekasam itu menjadi kearifan lokal Sumsel yang harus dilestarikan, mulai dikenalkan juga ke generasi muda, agar tradisi pangan lokal Sumsel tidak punah seiring dengan banyaknya tren western food yang masuk ke Indonesia,” ujarnya.

Bekasam dan rusip sendiri menggunakan bahan baku ikan sungai yang berukuran kecil, seperti seluang dan pirik. Biasanya makanan lauk tersebut masih banyak diproduksi di beberapa daerah di Sumsel, seperti di Kota Pagar Alam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU) dan lainnya.

Bekasam sendiri dibuat dari bahan ikan sungai, dicampur nasi kering dan garam, lalu difermentasi sekitar satu mingguan di dalam botol. Sama halnya dengan rusip, yang membedakan dari bahannya tak menggunakan nasi kering.

“Dari dulu keluarga saya sering buat, bahan-bahan tersebut dicampur dan disimpan dalam botol dan digantung di tiang rumah panggung hingga semingguan. Setelah itu, bisa dimakan jadi lauk dan awet hingga berminggu-minggu. Itu bisa jadi alternatif lauk dari pangan lokal, jika pangan utama lainnya sulit ditemukan,” katanya.

 

Inspirasi untuk Nasional

Lauk Bekasam, Makanan Khas Sumsel akan Masuk Kurikulum Mulok Pangan Lokal
Kadisdik Sumsel, UPT Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendikdasmen dan ICRAF Indonesia berfoto bersama para guru pelopor yang mengikuti Bimbingan Teknik (Bimtek) Mulok Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan Provinsi Sumsel, di Ballroom Hotel Emilia Palembang Sumsel (Dok. Humas ICRAF Indonesia / Nefri Inge)... Selengkapnya

Unit Pelaksana Tugas (UPT) Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Arya Ahmad Mangunwibawa berkata, kementerian mengeluarkan secara khusus pembelajaran dengan integrasi terkait perubahan iklim.

Dia setuju dengan kurikulum mulok pangan lokal tersebut, yang bisa menjadi modal edukasi dan ketahanan pangan generasi muda untuk modal 10-20 tahun ke depan.

“Dokumen yang tidak hanya digunakan dalam proses pembelajaran tapi inisiasi dalam harapannya muncul dalam awareness di jenjang SMA/SMK, solusinya ketahanan pangan yang harus dibangun,” ungkapnya.

Dengan adanya awareness tersebut, menjadi modul utama untuk menyikapi perubahan iklim di Sumsel dan memastikan pangan lokal bisa hadir untuk solusi dari ketahanan pangan di Sumsel.

Kemendikdasmen berkolaborasi bersama-sama supervisi, untuk mengembangkan modul dan monitoring bagaimana proses interaksi yang akan terjadi.

“Tentunya ini jadi inspirasi, kita membuka seluas-luasnya inisiatifnya. Kalau bisa jadi sesuatu yang menarik, bisa dijadikan inspirasi, adaptasi dan replikasi ke tingkat nasional,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya