Sepanjang 2024 Terjadi 1.873 Kejadian Bencana, BPBD Jabar Sebut Kota Bogor pada Urutan Teratas

Jumlah kejadian bencana Provinsi Jabar tertinggi tercatat di Kabupaten Bogor dengan 393 kejadian.

oleh Arie Nugraha diperbarui 27 Jan 2025, 23:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2025, 23:00 WIB
Banjir Rob Kembali Rendam Kawasan Muara Baru Jakarta Utara
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sudah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi banjir rob. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) menyebutkan sepanjang tahun 2024 tercatat 1.873 kejadian bencana.

Menurut Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar, Hadi Rahmat, rincian dari bencana itu terdiri dari 845 cuaca ekstrem, 540 tanah longsor, 261 banjir, 190 kebakaran hutan dan lahan, 19 kekeringan dan 18 gempa bumi.

"Dampak kejadian 60 orang meninggal dunia dan 573.419 orang terdampak bencana. Kerusakan rumah yaitu 3.375 rusak berat, 5.887 rusak sedang, 14.208 rusak ringan dan 99.046 terendam," terang Hadi ditulis Bandung, Rabu (22/1/2025).

Jumlah kejadian bencana alam tertinggi di lima kabupaten dan kota di Provinsi Jabar tertinggi dicatat oleh Kabupaten Bogor dengan 393 kejadian, Kabupaten Sukabumi 170 kejadian, Kota Bogor 155 kejadian, Kabupaten Bandung Barat 128 kejadian dan Kabupaten Karawang 126 kejadian.

Namun menjelang akhir bulan Januari 2025, Kabupaten Karawang menggeser posisi Kabupaten Sukabumi jumlah kejadian bencana.

"Dari 1-22 Januari 2025 sementara total tercatat 65 kejadian bencana. Tertinggi terjadi di Kabupaten Bogor 13 kejadian rinciannya dua kejadian tanah longsor dan 11 cuaca ekstrem. Kedua Kabupaten Karawang 10 kejadian dengan rincian dua peristiwa banjir dan delapan kali akibat cuaca ekstrem," sebut Hadi.

Berdasarkan data dari laman BPBD Jabar, Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2025 telah mencatat lima kejadian bencana alam meliputi tiga kali tanah longsor dan dua kejadian akibat cuaca ekstrem.

Kabupaten Kuningan yang biasanya terhindar dari bencana alam, kini dilaporkan terjadi satu kali terjadi banjir, tiga kejadian tanah longsor dan cuaca ekstrem.

"Sementara tercatat 65 kejadian bencana meliputi 14 kejadian banjir, 18 tanah longsor dan 33 cuaca ekstrem. Hal ini menyebabkan 57.307 orang berdampak dengan kerusakan 49 banguan rusak berat, 45 rusak sedang, 98 rusak ringan dan 6.316 terendam," terang Hadi.

 

Jabar Siaga Bencana

Sebelumnya, Pemerintah Jabar menetapkan status siaga bencana alam dari 30 Oktober 2024-April 2025. Hal itu merujuk kepada prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal puncak musim hujan di Provinsi Jabar mulai November 2024.

Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin, selain bencana alam saat memasuki puncak musim hujan, ancaman lainnya itu yakni bencana gempa menimpa Sesar Lembang yang mengancam beberapa daerah.

"Ya kalau Sesar Lembang kan ada empat kabupaten dan kota jadi Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi. Tapi kan tidak hanya itu seperti hujan, puncak hujan ini kan akhir November 2024 yang tentunya (rawan) ini di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten dan Kota Bogor dan Sukabumi itu yang paling harus diwaspadai," ujar Bey, Bandung, Rabu (30/10/2024).

Bey memastikan seluruh kelompok penanganan bencana di Provinsi Jabar telah siap menghadapi kebencanaan baik potensi Sesar Lembang hingga hidrometeorologi akhir tahun ini.

Kelompok penanganan bencana itu terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi dan koordinasi dengan kabupaten dan kota, relawan, Polri, TNI siap siaga menghadapi bencana.

"Karena kita daerah rawan bencana memang harus siap siaga. Jadi tidak hanya pemerintah provinsi tapi seluruh pemerintah daerah kabupaten kota. Dan juga masyarakat harus terus diingatkan," kata Bey.

Selain dari data BMKG, Pemerintah Jabar juga menerima catatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Berdasarkan wilayah potensi gerakan tanah di Provinsi Jabar pada bulan Oktober 2024 terdapat 473 kecamatan dari 627 kecamatan setara 75,44 persen di 27 kabupaten dan kota yang memiliki potensi gerakan tanah atau tanah longsor kategori menengah dan tinggi.

"Dari hasil simulasi tadi angkanya cukup mengerikan. Jadi jalan satu-satunya harus siap akan terjadi bencana," ucap Bey.

Status siaga bencana alam ini telah tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 360/Kep.580-BPBD/2024 tentang status siaga dan Nomor 360/Kep.581-BPBD/2024 tentang pos komando penanganan darurat bencana banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrim dan abrasi, serta tanah longsor Provinsi Jawa Barat tahun 2024/2025.

Dengan Surat Keputusan Gubernur tersebut, perlu dilaksanakan upaya kesiapsiagaan darurat bencana yang bersifat cepat, tepat, dan terpadu sehingga mampu meminimalisir potensi dan dampak bencana.

"Berdasarkan pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana menyebutkan bahwa kegiatan kesiapsiagaan dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD, diperkuat dengan pelaksanaan apel siaga bencana hidrometeorologi tingkat Provinsi Jawa Barat yang sedang kita laksanakan," tukas Bey.

 

Tas Siaga Bencana

Dilansir oleh laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Indonesia merupakan sebuah negara yang dikelilingi oleh banyak sekali hal-hal yang membuatnya rawan terkena bencana alam, seperti gunung-gunung aktif yang menyebabkan letusan gunung vulkanik, Laut yang dapat menyebabkan tsunami dan juga geombang pasang, hutan–hutan yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lain sebagainya.

Melihat potensi terhadap suatu bencana yang cukup tinggi, masyarakat diharapkan bisa selalu siap sedia dalam menghadapi adanya bencana alam atau fenomena alam dadakan yang menyebabkan seseorang harus pergi meninggalkan ruangan ataupun tempat tinggal.

Dengan meninggalkan tempat tinggal, makabekal dan juga persiapan merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan.

Untuk itu, tas siaga bencana merupakan solusi yang baik dan tepat bagi seluruh masyarakat untuk dipersiapkan.

Tas siaga bencana merupakan tas yang digunakan oleh masyarakat untuk pergi meninggalkan rumah ketika bencana terjadi.

Sehingga apabila bencana secara tiba-tiba terjadi, maka masyarakat bisa langsung keluar dari rumah dan langsung menggunakan tas yang telah dipersiapkan sebelumnya tersebut tanpa harus susah payah memilih dan memilah barang penting apa yang akan dibawa selama berada di pengungsian.

Tas siaga bencana ini terisi :

1. Air Minum

2. Surat–surat penting

3. Masker

4. Uang

5. Alat pertongan pertama pada kecelakanaan (P3K)

6. Peluit

7. Ponsel atau radio komunikasi

8. Pakaian untuk beberapa hari

9. Perlengkapan mandi

10. Senter dan juga baterai

11. Makanan siap santap

12. Jas hujan

Dengan masuknya barang-barang penting tersebut, apabila datang bencana secara mendadak, masyarakat dapat mengevakuasi diri lebih cepat sehingga terhindar dari dampak yang lebih besar yang disebabkan oleh bencana tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya