Liputan6.com, Gorontalo - Pagi baru saja menyapa, ketika rombongan relawan dari Komunitas 1.000 Guru Gorontalo dan Women Institute for Research and Empowerment (WIRE) Gorontalo melangkah menyusuri jalan berbatu menuju Desa Pangahu, Dusun Bu’yuo, Kecamatan Asparaga, Kabupaten Gorontalo.
Perjalanan panjang dan melelahkan itu tidak menyurutkan semangat mereka. Ada misi mulia yang mereka bawa yakni menghadirkan pendidikan berkualitas bagi anak-anak di pelosok negeri.
Advertisement
Di desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Suaka Margasatwa Nantu ini, kehidupan berjalan sederhana. Anak-anak tumbuh dalam keterbatasan akses pendidikan, namun dengan semangat belajar yang tinggi.
Advertisement
Desa ini bukan hanya sekadar rumah bagi masyarakat setempat, tetapi juga bagi satwa langka seperti babirusa dan anoa yang hidup di kawasan konservasi.
Mega Mokoginta, perwakilan WIRE Gorontalo, membagikan pengalamannya saat bertemu dengan anak-anak Desa Pangahu.
“Kami ingin menghadirkan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi mereka. Bukan hanya memberikan materi pelajaran, tetapi juga mengajak mereka bermain sambil belajar, sehingga prosesnya menjadi lebih menyenangkan,” katanya dengan mata berbinar.
Relawan yang tergabung dalam program Traveling & Teaching ke-26 ini bukan hanya datang untuk mengajar, tetapi juga berbagi cerita, harapan, dan masa depan.
Mereka membawa ransel berisi alat tulis, buku cerita, serta permainan edukatif yang membuat wajah anak-anak berbinar penuh semangat.
Konsep Sekolah Kampung yang diperkenalkan dalam kegiatan ini membawa suasana belajar yang berbeda. Di bawah rindangnya pepohonan dengan latar pemandangan perbukitan yang asri, anak-anak berkumpul, mendengarkan kisah-kisah inspiratif, dan belajar mengenal dunia dengan cara yang lebih bebas.
“Anak-anak di sini memiliki semangat belajar yang luar biasa. Dengan metode belajar yang kreatif dan suasana yang nyaman, mereka semakin antusias dalam menyerap ilmu,” ujar salah satu relawan.
Tak hanya anak-anak, program ini juga memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat, mulai dari pemasaran produk UMKM hingga pengelolaan wisata desa.
Menghargai Keindahan Alam
Sebagai bagian dari konsep Traveling, para relawan diajak menikmati derasnya arus sungai di Desa Bihe melalui wisata arung jeram Botu Kapali River Tubing.
Wisata ini bahkan telah mengantarkan Desa Bihe masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) oleh Kemenparekraf.
Selain sebagai bentuk apresiasi bagi para relawan, kegiatan ini juga menjadi pengalaman berharga dalam memahami keindahan dan potensi wisata Gorontalo.
Kegiatan ini mendapat apresiasi besar dari pemerintah desa setempat. Sekretaris Desa Pangahu, Hendra Susanto, menyatakan bahwa kehadiran relawan membawa dampak positif bagi masyarakat.
“Kegiatan ini menumbuhkan kesadaran bahwa pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak kami. Kami berharap program ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak desa,” ungkapnya.
Sementara itu, Muthahhar Asqalani Datau, penanggung jawab kegiatan, berharap program ini dapat menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk peduli terhadap pendidikan di daerah terpencil.
“Harapan saya, kegiatan ini membangkitkan semangat anak-anak muda agar lebih sadar akan pentingnya kontribusi sosial. Semoga semakin banyak yang tergugah untuk berbuat baik dan membantu pendidikan di pelosok negeri,” katanya penuh harap.
Traveling & Teaching bukan sekadar program mengajar, tetapi sebuah gerakan yang membawa perubahan nyata. Dengan kebersamaan dan kepedulian, pendidikan berkualitas bisa menjangkau siapa saja, di mana saja. Karena harapan selalu ada bagi mereka yang ingin berusaha dan berbagi.
Advertisement
