Liputan6.com, Bekasi - Ujungan merupakan salah satu bentuk kesenian yang berkembang di Bekasi. Kesenian ini memadukan tiga unsur, yaitu bela diri, tari, dan musik.
Mengutip dari bekasikab.go.id, kesenian ujungan bertujuan untuk mempertaruhkan harga diri dan perebutan status sosial. Nama kesenian ini berasal dari bahasa Sunda, jung.
Jung berarti dari lutut ke bawah. Kata tersebut kemudian berkembang menjadi ujung yang berarti kaki.
Advertisement
Sementara itu, beberapa tokoh ujungan Bekasi mengatakan bahwa nama ujungan berasal dari kata ujung yang dalam bahasa dialek Bekasi disebut bongkot. Kata tersebut dapat diartikan sebagai ujung rotan maupun ujung kaki.
Selain dikenal sebagai ujungan, kesenian bela diri ini juga memiliki nama lain sabet rotan dan gitikan. Nama tersebut sangat dikenal oleh masyarakat Betawi.
Sementara itu di Desa Srijaya, Kampung Gabus, Tambun Utara, kata ujungan diistilahkan dengan pencug ujung. Namun, sebagian besar masyarakat Betawi mengenalnya sebagai ujungan.
Seperti dikatakan sebelumnya, ujungan memiliki tiga unsur seni, yaitu bela diri, tari, dan musik. Unsur bela diri dimiliki para pemain, sementara tari diperlihatkan dalam tari uncul.
Untuk unsur musiknya berupa instrumen perkusi sampyong dan tok tok sebagai waditra pengiring ujungan dan uncul. Sampyong adalah alat musik berbahan kayu yang sejenis dengan gambang.
Saat ini, ujungan Bekasi terancam punah. Masyarakat sekitar terus berupaya untuk melestarikan eksistensi kesenian ini. Tahun ini, kesenian ini juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Penulis: Resla