Hari Arsitektur Indonesia, Ini Biografi Singkat YB Mangunwijaya Sang Bapak Arsitektur Modern Indonesia

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang dikenal dengan nama YB Mangunwijaya lahir di Ambarawa pada 6 Mei 1929. Ia yang sekaligus seorang pastor juga memiliki nama panggilan Romo Mangun.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 19 Mar 2025, 09:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2025, 09:00 WIB
YB Mangunwijaya
Masyarakat mengikuti renungan mengenang jasa Romo Mangun dengan menyalakan 1296 lilin saat Festival Kampung Code bertajuk Melihat Code Lebih Dekat di Code Utara, Yogyakarta, Minggu (22/8). (Antara)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Arsitektur Indonesia diperingati setiap 18 Maret. Peringatan ini menjadi momen tepat untuk lebih mengenal dunia arsitektur di Indonesia, salah satunya dengan mengenal sosok YB Mangunwijaya yang dijuluki sebagai Bapak Arsitektur Modern Indonesia.

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang dikenal dengan nama YB Mangunwijaya lahir di Ambarawa pada 6 Mei 1929. Ia yang sekaligus seorang pastor juga memiliki nama panggilan Romo Mangun.

Mengutip dari Ensiklopedia Sastra Indonesia, Y.B. Mangunwijaya kecil memiliki cita-cita sebagai insinyur. Saat usianya 14 tahun, ia sempat mengangkat senjata melawan penjajah dalam statusnya sebagai tentara pelajar. Ia juga pernah menjadi pengantar makanan untuk Mayor Jenderal Suharto, Presiden ke-2 RI.

Y.B. Mangunwijaya sempat akan mendaftarkan diri ke Arsitektur ITB yang pada waktu itu baru dibuka. Namun, pertemuannya dengan mantan komandannya, Mas Isman, membuatnya memilih menjadi pastor.

Pendidikan tingginya ia selesaikan di Institut Filsafat dan Teologi Sancti Pauli Yogyakarta (1959). Kemudian di Sekolah Teknik Tinggi di Rhein, Westfalen, Aachen, Republik Federal Jerman (1966) dan Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, USA. Meski sempat menunda untuk berkuliah di Teknik Arsitektur ITB, ia akhirnya menempuh pendidikan tersebut setelah lulus dari pendidikan filsafatnya.

Pada 1972, ia mulai aktif menulis dan menuangkan pengalamannya dalam artikel, esai, dan cerpen yang dimuat di media massa. Salah satu cerpennya yang terhimpun dalam Dari Jodoh Sampai Supiyah memperoleh Hadiah Kincir Emas dari Radio Nederland.

Y.B. Mangunwijaya juga menulis novel untuk pertama kalinya dengan judul Romo Rahardi. Novel psikologi ini diterbitkan pada 1981 oleh Dunia Pustaka Jaya.

Karyanya yang lain yang tak kalah populer adalah Burung-Burung Manyar (1981). Novel ini berhasil memenangkan South East Asia Write Award 1983 dari Kerajaan Thailand. Saking populernya, novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jepang, dan Inggris.

Ada juga novel karyanya yang berjudul Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa (1983); trilogi novel Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri (1983-1986); serta Balada Becak (1985). Adapun karya nonfiksinya ada Ragawidya: Renungan Fenomenologis Religius Kehidupan Sehari-Hari (1975); Puntung-Puntung Roro Mendut (1978); Pengantar Fisika Bangunan (1980); serta Sastra dan Religiositas (1982).

Dalam bidang arsitektur, insinyur dan budayawan ini terkenal sebagai teoretikus yang menonjol di kalangan kaum arsitek profesional dan universitas. Ia juga dikenal sebagai prtaktisi yang tahu medan pragmatik pelaksanaan.

Kiprahnya dalam dunia arsitektur Indonesia yang tersohor adalah Kali Code, Yogyakarta. Ia berhasil menghilangkan kesan kumuh dan rawan tindak kriminal dari permukiman warga bantaran Kali Code, Yogyakarta.

Atas hal itu, ia mendapat penghargaan bergengsi internasional, Aga Khan Award. Sampai akhir hayatnya, ia menghimpun dan mengayomi anak-anak jalanan sepanjang Kali Code dalam sebuah komunitas Pinggir Kali Code (Girli).

Dedikasinya tersebut juga membuatnya dijuluki sebagai Bapak Arsitektur Modern Indonesia. Pada 10 Februari 1999, Y.B. Mangunwijaya meninggal dunia.

Penulis: Resla

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya