Liputan6.com, Bontang - Kota Bontang kembali mencatatkan prestasi gemilang dengan lonjakan investasi sebesar Rp2,7 triliun di tahun 2024, naik 12,97 persen dari tahun sebelumnya. Namun, di balik angka fantastis ini, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni justru melempar tantangan besar.
“SDM lokal harus bangkit dan bersaing, tak boleh kalah di era teknologi dan robot,” kata Neni.
Menurut data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), investasi tahun ini didominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp2,5 triliun, sementara Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang Rp200 miliar. Sektor industri kimia, seperti raksasa Pabrik Soda Ash, menjadi bintang utama dengan nilai Rp2,1 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Sayangnya, serapan tenaga kerja lokal masih jadi pekerjaan rumah. Data menunjukkan bahwa investasi senilai Rp2,7 triliun hanya menyerap 512 tenaga kerja lokal, dengan rincian 475 pekerja dari PMDN dan 37 pekerja dari PMA.
“Investasi jumbo, tapi lapangan kerja minim. Ini teka-teki yang harus kita pecahkan,” tegas Neni.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Bontang yang mencapai 7,41 persen, tertinggi di Kalimantan Timur, menjadi alarm keras. Meski Perda Nomor 10 Tahun 2018 mewajibkan 75 persen tenaga kerja lokal direkrut perusahaan, kenyataan di lapangan berbicara lain.
“Aturan sudah ada, tapi tenaga kerja kita belum siap. Posisi khusus seperti di industri kimia masih dikuasai pekerja luar,” ungkap Neni dengan nada prihatin.
Industri modern yang kian bertumpu pada teknologi, bahkan kecerdasan buatan (AI), makin memperumit situasi. Neni menceritakan pengalamannya di Norwegia.
“Saya ke pabrik peledak, cari pegawai kok susah. Ternyata robot yang kerja,” katanya.
Tak tinggal diam, Neni menggebrak dengan solusi cerdas. Pemkot Bontang meluncurkan program pendidikan berbasis teknologi yakni pelatihan coding, AI, hingga konsep paperless school di sekolah-sekolah.
“Anak-anak Bontang harus jadi jagoan digital, bukan cuma bersaing di sini, tapi di panggung dunia,” serunya penuh semangat.
Infrastruktur dan kemudahan perizinan juga digenjot habis-habisan untuk menggaet investor yang tak hanya membawa duit, tapi juga peluang kerja nyata.
Kepala DPMPTSP Kota Bontang, Muhammad Aspiannur, tak kalah optimistis.
“Kami terus berupaya untuk memfasilitasi dan mempercepat proses perizinan bagi investor yang masuk ke Bontang. Oleh karena itu, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas SDM lokal melalui pelatihan-pelatihan teknis yang sesuai dengan kebutuhan industri yang ada di Bontang,” katanya.
Dengan tren investasi yang kian menanjak, Bontang tak sekadar ingin jadi magnet modal, tapi juga pusat talenta yang siap menaklukkan masa depan. Dari hutan industri kimia hingga gemerlap teknologi, Bontang sedang berlari kencang.
Pertanyaannya kemudian, akankah SDM lokal ikut melesat, atau justru tersalip oleh robot dan pekerja luar?
“Investasi besar harus jadi jembatan kesejahteraan, bukan cuma angka di kertas,” kata Neni tegas.