Kinerja Melambat, Harga Saham Emiten Properti Melonjak

Dampak kenaikan BI Rate dan rupiah melemah dinilai telah berdampak terhadap kinerja keuangan emiten properti pada awal 2014.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Mei 2014, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2014, 14:00 WIB
Investasi di Jakarta Masih Bergairah
Saat ini, Jakarta masih menjadi destinasi investasi properti yang cukup 'seksi' di Asia bahkan dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten properti mencetak untung besar sepanjang tiga bulan pertama 2014. Padahal kinerja emiten properti sepanjang tiga bulan pertama 2014 dinilai mulai menunjukkan perlambatan.

Berdasarkan data RTI, saham PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) merupakan emiten properti yang mencetak kenaikan saham tertinggi sepanjang tiga bulan pertama 2014. Saham CTRS naik 83,21% menjadi Rp 2.400 per saham pada 28 Maret 2014. Lalu disusul saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 54,67% ke level Rp 1.160 per saham.

Analis PT Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menuturkan, harga saham emiten properti ini naik secara teknikal. Hal itu mengingat sejak semester II 2013, saham properti mengalami perlambatan. Berdasarkan data BEI, indeks sektor saham properti hanya mampu naik 3,2% secara year to date pada 30 Desember 2013. Pelaku pasar dinilai mengakumulasi saham properti yang valuasinya dinilai murah pada awal tahun.

"Awal tahun rebound karena pertengahan tahun lalu kinerja turun signifikan. Mungkin ini lebih karena rebound saja bukan karena kinerja fundamental," ujar Adrianus saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (6/5/2014).

Meski saham emiten properti naik signifikan, Adrianus menilai kinerja emiten properti mulai melambat sepanjang tiga bulan pertama 2014. Kinerja melambat itu didorong sejumlah faktor. Pertama suku bunga acuan naik menjadi 7,5% sejak 2013.

Kedua, aturan loan to value (LTV) dari Bank Indonesia (BI). Ketiga, nilai tukar rupiah melemah. Rupiah sempat berada di kisaran Rp 12.210 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Memang biasanya seasonal kalau kuartal pertama itu launching cluster tidak terlalu banyak," kata Adrianus.

PT Agung Podomoro Land Tbk mencapatkan laba naik 20,66% menjadi Rp 295,85 miliar pada kuartal I 2014. Lalu pendapatannya hanya naik tipis 1,9% menjadi Rp 1,16 triliun.

Adrianus melihat, ada emiten yang mencatatkan penurunan laba signifikan seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk karena kasus spesial. PT Bumi Serpong Damai Tbk membukukan laba turun 60% menjadi Rp 488,63 miliar pada kuartal I 2014. Sementara itu, pendapatan turun 39% ke level Rp 1,25 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2014.

"BSDE special case karena tahun lalu mereka menjual tanah ke perusahaan joint venture maka kinerja naik signifikan pada tahun lalu," tutur Adrianus.

Proyeksi Sektor Properti

Adrianus melihat pelaku industri properti masih melihat situasi pemilihan umum (Pemilu). Namun kinerja sektor properti diprediksikan masih berpotensi membaik. Hal itu karena nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 11 ribu telah diterima dan inflasi menurunan. "Potensi naik ada tapi memang tidak terlalu besar," kata Adrianus.

Adrianus pun merekomendasikan saham PT Pakuwon Jati Tbk untuk dicermati pelaku pasar. "Rekomendasi buy dengan target harga Rp 390," kata Adrianus.

 

Emiten

Harga Saham

Pertumbuhan Kuartal I 2014

PT Ciputra Surya Tbk

Rp 2.400

83,21%

PT Surya Internusa Semesta Tbk

Rp 955

70,54%

PT Ciputra Development Tbk

Rp 1.160

57,76%

PT Metropolitan Kentjana Tbk

Rp 14.500

52,63%

PT Duta Anggada Realty Tbk

Rp 655

47,19%

PT Intiland Development Tbk

Rp 453

43,81%

PT Alam Sutera Realty Tbk

Rp 595

38,37%

PT Summarecon Agung Tbk

Rp 1.065

36,54%

PT Ciputra Properti Tbk

Rp 830

33,87%

PT Agung Podomoro Land Tbk

Rp 283

31,63%

PT Pakuwon Jati

Rp 350

29,63%

PT Bumi Serpong Damai Tbk

Rp 1.635

26,74%

PT Plaza Indonesia Realty Tbk

Rp 2.500

30,21%

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya