Liputan6.com, Jakarta - Tren penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Indonesia masih menunjukkan tren positif. Bahkan, kini banyak perusahaan keluarga yang melirik IPO bukan sekadar sebagai strategi finansial, tetapi sebagai bagian dari warisan dan transformasi bisnis.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman menyoroti bahwa generasi penerus cenderung lebih berpendidikan secara global dan memiliki visi yang lebih progresif dibanding pendahulunya. "Kalau kita lihat sekarang yang menarik justru generasi kedua, ketiga dari pemilik ini ingin berbeda. Punya legasi," ujar Iman dalam diskusi virtual Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, Jumat (11/4/2025).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Iman, banyak dari mereka yang tidak ingin sekadar meneruskan jejak bisnis orang tua atau kakek mereka. IPO kini menjadi simbol perubahan dan pencapaian baru. “Justru pengusaha-pengusaha keluarga tadi melihat bahwa IPO itu jadi legasi mereka. Sesuatu yang membedakan mereka dengan orang tuanya ataupun kakeknya dulu,” imbuh Iman.
Advertisement
Dalam tren lima tahun terakhir, rata-rata terdapat 50 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya. Bahkan dalam dua tahun terakhir, jumlah itu meningkat menjadi 60–70 perusahaan per tahun. Namun, Iman menambahkan bahwa dari sisi kualitas, hanya segelintir yang memiliki nilai kapitalisasi pasar (market cap) di atas Rp 3 triliun.
“Kalau kita bicara lighthouse atau perusahaan yang market capnya Rp 3 triliun, itu baru dua jari. Artinya 10. Itu masih sangat kecil. Kualitas IPO kita masih di kelas menengah,” ungkapnya, sembari menyatakan harapannya agar perusahaan-perusahaan keluarga besar mulai lebih aktif untuk melantai di bursa.
Lebih lanjut, Iman mengatakan BEI berencana melakukan kerja sama dengan Mandiri Sekuritas untuk melakukan survei guna menggali lebih dalam apa yang menjadi perhatian pemilik perusahaan. Baik yang sudah tercatat di Bursa sebagai perusahaan terbuka, maupun yang belum tercatat.
Keberlanjutan
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menekankan pentingnya keberlanjutan perusahaan pasca-IPO, terutama ketika terjadi peralihan kepemilikan. Ia mengakui bahwa IPO sering digunakan sebagai jalan keluar (exit) oleh investor, namun menegaskan bahwa bursa tetap mengutamakan keberlangsungan dan perlindungan investor.
“Siapapun itu controlling shareholders-nya, baik itu berganti dari keluarga maupun ke new shareholders atau investors, dari bursa akan memastikan bahwa kelangsungan dari perusahaan itu masih tetap baik dan malah tumbuh lagi ke depannya,” ujar Oki.
Ia juga menyampaikan contoh perusahaan yang sukses berkembang ke level regional setelah beralih kepemilikan dari keluarga ke investor strategis. “Exit ini untuk dibeli atau di-transfer ke suatu investor yang malah bisa membuat perusahaan itu lebih tumbuh lagi, even to the regional level,” tambahnya.
Advertisement
Perusahaan Keluarga yang Melantai di Bursa
Beberapa perusahaan keluarga yang berhasil debut di Bursa di antaranya ada PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) atau Cimory. Didirikan oleh Bambang Sutantio pada tahun 2004, Cimory merupakan produsen makanan dan minuman berbasis protein. Perusahaan ini melakukan IPO pada tahun 2021, dengan tujuan ekspansi dan mempersiapkan generasi kedua dalam kepemimpinan perusahaan.
Lalu perusahaan-perusahaan milik crazy rich Surabaya, Hermanto Tanoko melalui Tancorp Group. Antara lain PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT Mega Perintis Tbk (ZONE), PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE), PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO), dan PT Avia Avian Tbk (AVIA). Mulanya, perusahaan-perusahaan tersbeut dikelola oleh keluarga besar Hermanto Tanoko.
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), perusahaan perhiasan emas ini didirikan oleh keluarga Hartadinata dan resmi mencatatkan sahamnya di BEI pada 21 Juni 2017. Lalu ada PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK) atau Ayam Goreng Nelongso. Didirikan oleh pasangan suami istri Nanang Suherman dan Yeni Isnawati di Malang pada Februari 2018, perusahaan ini dikenal dengan jaringan restoran Ayam Goreng Nelongso.
PT Intra GolfLink Resorts Tbk (GOLF), yang tak lain dimiliki oleh Darma Mangkuluhur Hutomo, cucu dari Presiden kedua Indonesia, Soeharto. GOLF resmi melantai di BEI pada 8 Juli 2024. Selain itu, juga ada konglomerasi lain seperti Grup Salim Group, Grup Sinarmas Group, dan Grup Bakrie.
