Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tak mau menanggapi soal wacana pembelian kembali saham (buyback) PT Indosat Tbk (ISAT) yang dilontarkan calon presiden (capres) nomor urut dua Joko Widodo (Jokowi) dalam debat capres jilid ketiga pada Minggu 22 Juni 2014 malam.
"No comment," ujar Dahlan, Senin (23/6/2014).
Alasan dia enggan menanggapi hal ini karena perusahaan telekomunikasi itu sudah tidak lagi menjadi bagian dari BUMN. "Karena itu sudah tidak menjadi BUMN lagi," tutur Dahlan.
Advertisement
Dahlan menyatakan akan menyerahkan kepada pemerintah terkait wacana pembelian kembali saham itu. "Itu terserah pemerintah," ujar Dahlan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Indosat Tbk, Alexander Rusli menilai, pembelian kembali saham itu merupakan urusan pemegang saham. Jajaran direksi memberikan nilai dan meningkatkan kinerja perseroan untuk kepentingan pemegang saham dan perseroan.
Saham PT Indosat Tbk (ISAT) berakhir di zona hijau pada perdagangan saham Senin (23/6/2014) di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah. Sentimen politik telah memberikan dampak positif untuk pergerakan harga saham ISAT.
Saham ISAT ditutup naik 2,43 persen ke level Rp 3.800 per saham. Kenaikan harga saham ISAT ini naik sekitar Rp 90 dari penutupan akhir pekan lalu Rp 3.710 per saham. Sepanjang perdagangan saham hari ini, saham ISAT sempat berada di level tertinggi Rp 3.870 per saham dan level terendah Rp 3.750 per saham.
Frekuensi perdagangan saham mencapai 1.285 kali dengan volume perdagangan saham 52.061 saham. Nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 19,8 miliar.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, pergerakan saham ISAT dipicu dari sentimen politik. Ketika debat calon presiden pada jilid ketiga pada Minggu 22 Juni 2014, Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut satu melontarkan pertanyaan soal penjualan Indosat yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Gerak harga saham ISAT didorong sentimen politik saja. Padahal kan satelit Indosat juga satu diberikan ke BRI. Sekarang yang lebih baik memakai fiber optik," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.
Menurut David, saat ini pemerintah masih memiliki saham ISAT , jadi tidak seluruhnya saham ISAT dilepas saat itu. Bahkan pemerintah memiliki saham ISAT seri A yang dapat menentukan direksi PT Indosat Tbk. Bila pemerintah ingin membeli kembali saham PT Indosat Tbk, menurut David, hal itu harus dipikirkan secara matang. "Lihat dulu kinerja bisnisnya apakah bisnisnya masih menguntungkan," kata David.
Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo menanggapi pertanyaan calon presiden nomor urut satu Prabowo Subianto soal penjualan Indosat pada saat Pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Jokowi menyatakan akan membeli kembali jika itu sangat diperlukan bangsa Indonesia.
Menurut Jokowi, penjualan Indosat oleh pemerintahan Megawati adalah karena terpaksa. Hal itu karena tak ada pilihan saat menghadapi krisis ekonomi sehingga wajar jika Indosat dijual ke asing.
"Bahwa pada saat itu memang sedang terimbas krisis, bayangkan itu kita butuhkan uang anggaran untuk menggerakkan ekonomi kita. Dan kalau kita punya barang cuma satu-satunya, saya kira kita akan melakukan itu (menjual) tentunya," ujar Jokowi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham Indosat antara lain Ooredoo Asia Pte Ltd sebesar 65 persen, masyarakat lebih dari lima persen sebesar 15,3 persen, negara Republik Indonesia sebesar 14,29 persen, dan SKAGEN AS sebesar 5,41 persen.
Sebelumnya Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd, induk usaha perusahaan Asia Mobile Holding Pte Ltd membeli 41,94 persen saham milik pemerintah Indonesia di PT Indosat Tbk senilai Rp 5,62 triliun pada 2002. Lalu grup Temasek ini menjual kepemilikan sahamnya di PT Indosat Tbk sekitar 40,8 persen kepada Qatar Telecom senilai 2,4 miliar dolar Singapura pada 2008. (Dny/Ahm)