Diduga Ada Puluhan Ribu Orang di Kamp Penipuan Online di Myanmar

Apakah warga negara Indonesia masuk di antaranya?

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 22 Feb 2025, 10:05 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2025, 10:02 WIB
Ilustrasi Myanmar, Thailand, dan Kamboja.
Ilustrasi Myanmar, Thailand, dan Kamboja. (Dok. Tangkapan layar dari Google Maps)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bangkok - Direktur Pusat Anti-Perdagangan Manusia Thailand Jenderal Polisi Thatchai Pitaneelaboot menyebutkan puluhan ribu orang diyakini terperangkap di kompleks-kompleks penipuan yang terus berkembang pesat di Myanmar, dekat perbatasan Thailand. Dia memperingatkan pemulangan semua warga negara asing yang terjebak di sana dapat memakan waktu berbulan-bulan.

Thailand telah meluncurkan operasi besar-besaran untuk membongkar kamp penipuan dalam beberapa minggu terakhir, memutus pasokan listrik dan bahan bakar lintas perbatasan.

Thatchai menuturkan kepada The Guardian bahwa diyakini antara 30 hingga 40 geng kriminal asal China mengelola pusat-pusat tersebut.

"Bisa jadi ada lebih dari 10.000 orang di dalam gedung-gedung seperti itu," katanya seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (22/2/2025).

"Mungkin ada 30.000, 50.000, mungkin 100 (ribu)."

Lebih dari 30 kewarganegaraan telah diidentifikasi di antara para pekerja, meskipun banyak dari mereka berasal dari China.

Thailand berbatasan langsung dengan Myanmar, yang sejak 2021 terjerat perang saudara. Banyak pengungsi yang melarikan diri dari konflik dan pekerja sering melintasi perbatasan tersebut. Selain itu, lemahnya penegakan hukum memungkinkan para kriminal bebas berpindah-pindah ke kompleks-kompleks bangunan yang dekat dengan perbatasan.

Pada Kamis, bus dua tingkat mengangkut pekerja asal China melintasi perbatasan. Empat penerbangan dilaporkan membawa pulang warga negara China dari Mae Sot pada Kamis.

Minggu lalu, kelompok bersenjata di Myanmar menyerahkan 260 pekerja pusat penipuan dari selusin negara, termasuk Filipina, Ethiopia, Brasil, Nepal, dan Thailand.

Thatchai mengatakan pejabat Thailand tidak akan menjemput pekerja dari dalam Myanmar, namun akan bertemu dengan mereka setelah mereka dipindahkan ke sisi Thailand.

Pasukan Pengawal Perbatasan Karen (BGF), sebuah kelompok yang beraliansi dengan junta militer Myanmar yang mengendalikan daerah tempat banyak pusat penipuan berada, mengungkapkan kepada AFP mereka akan memulangkan 10.000 orang yang terkait dengan kamp tersebut.

Kekhawatiran Thailand

Ilustrasi penipuan online.
Ilustrasi penipuan online. (Dok. Pixabay/Mohamed_hassan)... Selengkapnya

Menurut PBB, ratusan ribu orang telah diperdagangkan ke kawasan ini dari berbagai negara, sering kali tergoda oleh janji pekerjaan kantoran yang nyaman. Begitu mereka tiba, mereka dipaksa untuk bekerja dan menghasilkan uang dengan menjalankan penipuan online, yang menargetkan korban di seluruh dunia. Penelitian dari US Institute of Peace memperkirakan bahwa penipuan ini menghasilkan pendapatan global sebesar USD 63,9 miliar per tahun, dengan sebagian besar (USD 39 miliar) berasal dari Kamboja, Myanmar, dan Laos.

Orang-orang yang baru saja dibebaskan dari kamp tersebut mengatakan mereka dipukuli dan disetrum, menunjukkan bekas memar dan luka saat diwawancarai media.

Thatchai mengingatkan bahwa klaim-klaim seperti itu harus diperiksa dengan hati-hati.

"Beberapa orang pergi secara sukarela, bekerja, mencoba menipu orang lain, mendapatkan banyak uang, lalu kembali," ujarnya, menambahkan bahwa dalam kasus lainnya, orang-orang dipaksa melakukan kejahatan dan disiksa.

"Beberapa sindikat menggunakan kekerasan untuk mengendalikan orang. Misalnya, ketika seseorang mengatakan, 'Saya tidak ingin bekerja di sini lagi', namun sindikat sudah menginvestasikan uang untuk tiket transportasi dan biaya hidup mereka."

Warga negara asing akan dipindahkan ke Thailand dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, di mana mereka akan disaring untuk mengetahui apakah mereka adalah korban perdagangan manusia atau secara sukarela melakukan penipuan. Thatchai menggarisbawahi bahwa warga negara China, yang merupakan mayoritas dari para pemulangan, akan menjalani pemeriksaan di China.

"Pekerja lainnya berasal dari negara-negara termasuk Ethiopia, Kenya, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam," tambahnya.

Penindakan terbaru ini berawal dari hilangnya aktor China Wang Xing yang berusia 22 tahun. Wang pergi ke Thailand dengan harapan mengikuti audisi film, namun dia justru dibawa 500 km ke Mae Sot di Thailand barat dan diperdagangkan ke Myanmar untuk bekerja di kamp penipuan. Pacarnya yang khawatir karena tidak bisa menghubunginya kemudian meminta bantuan melalui media sosial dan unggahannya mendapat perhatian besar.

Wang akhirnya ditemukan pada Januari, lebih dari sebulan setelah penculikannya, dalam keadaan dengan kepala yang dicukur. Kasus ini menarik perhatian terhadap masalah perdagangan manusia di kawasan tersebut dan menimbulkan kecemasan di Thailand, yang khawatir insiden ini akan merusak reputasinya sebagai destinasi wisata penting bagi wisatawan China.

Upaya Thailand

Ilustrasi penipuan online.
Ilustrasi penipuan online. (Dok. deeznutz1)... Selengkapnya

Pada 4 Februari, Thailand memutus pasokan listrik dan internet ke lima lokasi di Myanmar yang dikenal sebagai pusat sindikat penipuan di Myanmar dan memberlakukan pembatasan pada penjualan bahan bakar. Otoritas Listrik Provinsi Thailand memiliki kontrak untuk menjual listrik kepada distributor di beberapa area Myanmar.

Di seberang perbatasan dari Shwe Kokko, kata Thatchai, salah satu pusat penipuan yang terkenal, suara generator terdengar. Beberapa kamp masih beroperasi.

"Namun, mereka tidak beroperasi sepenuhnya seperti sebelumnya," kata Thatchai. "Dulu, mereka beroperasi 24 jam. Ini karena mereka menargetkan korban di berbagai belahan dunia."

China telah membagikan nama-nama ribuan warga negara China yang diduga terlibat dalam sindikat tersebut, sementara asisten menteri keamanan publik China Liu Zhongyi telah mengunjungi Bangkok dan perbatasan dalam beberapa minggu terakhir untuk mengatur pemulangan.

Geng-geng China yang terlibat dalam operasi penipuan di Myanmar, ungkap Thatchai, juga diyakini terhubung dengan operasi serupa di Kamboja. Operasi kriminal semacam ini telah menyebar di daerah-daerah di kawasan ini di mana pemerintahan lemah.

Thatchai menekankan bahwa proses pemulangan menambah beban signifikan bagi Thailand, yang menghadapi tantangan dalam mengangkut dan menampung warga negara asing. Beberapa kedutaan belum berkomitmen membiayai pemulangan warga negara mereka.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya