Produsen Semen Ingin Rupiah Stabil

PT Semen Indonesia Tbk menggunakan dolar AS sekitar 7 persen untuk pengeluaran.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Mar 2015, 15:30 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2015, 15:30 WIB
Ilustrasi semen indonesia (4)
Ilustrasi semen indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengeluhkan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih belum stabil. Dolar AS masih menunjukkan penguatan hingga menekan rupiah ke level Rp 13.000.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk, Agung Wiharto mengungkapkan, dampak pelemahan rupiah kepada biaya operasional perusahaan tidak terlampau besar.

"Dampaknya signifikan, karena strukturnya tidak berpengaruh. Struktur beban pengeluaran kami cuma 7 persen yang menggunakan dolar AS," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Minggu (22/3/2015).

Pengeluaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam bentuk dolar AS, kata Agung, antara lain untuk perawatan seperti membeli suku cadang, craft paper yang sebagian pakai dolar dan Euro.

"Dolar AS juga diperlukan untuk material pembelian natural gipsum dari Thailand. Jadi tidak banyak biaya produksi yang pakai dolar AS, hanya sekira 7 persen," paparnya.

Meski begitu, dia sangat berharap pergerakan kurs rupiah lebih stabil. Volatilitas tidak terlalu tinggi sehingga dapat menghitung biaya pengeluaran tanpa ada perubahan.

"Kami tidak suka (rupiah melemah), karena inginnya stabil agar bisa memprediksi pergerakan ke depan seperti apa. Itu pun kami bisa absorb dari ekspor semen yang dibayar dalam bentuk dolar AS," tegas Agung.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah melemah tipis menjadi 13.075 per dolar AS dari periode 19 Maret 2015 di level 13.008.

Nilai tukar rupiah telah mengalami depresiasi sekitar 4,8 persen dari awal 2015 di kisaran 12.474 per dolar AS menjadi 13.075 per dolar AS pada Jumat 20 Maret 2015. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya