Bursa Saham China Kembali Tertekan

Kepanikan investor mendorong aksi jual di bursa saham China pada Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Jul 2015, 13:44 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2015, 13:44 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Hong Kong - Bursa saham China kembali tertekan pada perdagangan saham Rabu pekan ini meski regulator telah mengeluarkan sejumlah langkah untuk menahan pelemahan indeks saham yang telah menurunkan kapitalisasi pasar saham.

Indeks saham Shanghai jatuh 8 persen di awal perdagangan saham pada Rabu pekan ini. Hingga pelemahan indeks saham tertahan sehingga turun 4 persen pada pertengahan hari. Sebagian besar saham acuan turun sekitar 10 persen. Ini batas maksimum sebelum dihentikan oleh otoritas.

"Saat ini terjadi suasana panik di pasar saham, dan peningkatan besar yang irasional untuk jual saham sehingga menganggu likuiditas di pasar saham," tulis pernyataan otoritas bursa China, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (8/7/2015).

Sejak 12 Juni, indeks saham Shanghai anjlok 32 persen. Bursa saham Shenzhen yang berisi saham teknologi jatuh 41 persen. Pemerintah pun mengeluarkan sejumlah jurus untuk menyelamatkan pasar saham. Bank sentral China telah memangkas suku bunga ke level rendah. Para broker pun berkomitmen untuk membeli saham. Ditambah regulator bursa menghentikan sementara penawaran saham perdana/initial public offering (IPO) baru.

Akan tetapi, investor kurang yakin dengan upaya pemerintah tersebut. Bursa saham China bergerak liar dengan dibuka melonjak 7 persen, dan akhirnya turun tajam. Berdasarkan pemberitaan di China, hal itu juga membuat 1.430 dari 2.776 saham perusahaan yang diperdagangkan di China memilih menarik sahamnya karena pasar saham terus bergerak bak roller coaster.

Adapun teori kuat mengapa gelembung saham di China meledak dipicu pertumbuhan ekonomi China yang melemah sejak 2009. Harga saham terus meningkat tetapi pertumbuhan dan keuntungan perusahaan sebenarnya lebih rendah.

"Pasar saham China telah lepas dari realitas ekonomi China sendiri," ujar Direktur Silvercrest Asset Management, Patrick Chovance.

Sementara itu, volatilitas juga menjadi masalah besar di China. Investor asing memiliki banyak eksposur ke pasar saham tersebut. Hal ini menjadi perhatian bagi investor di luar China yaitu soal perlambatan ekonomi dan bursa saham yang fluktuaktif.

Dengan penurunan indeks saham itu membuat kapitalisasi pasar saham merosot. Bespoke Invesment Group menyatakan, kapitalisasi bursa saham China kini susut US$ 3,25 triliun. Hal itu membuat persepsi pelaku pasar itu lebih dari ukuran seluruh bursa saham Prancis, dan sekitar 60 persen dari bursa saham Jepang. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya