Terimbas Wall Street, Bursa Asia Dibuka Menguat

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Jika dihitung dari awal pekan, indeks acuan di Asia ini hampir menguat 1,9 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Agu 2016, 08:30 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2016, 08:30 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia bergerak di zona positif pada pembukaan perdagangan Jumat pekan ini. Pergerakan bursa Asia ini mengikuti Wall Street yang ditutup menyentuh rekor tertinggi. Pada perdagangan hari ini, investor fokus kepada data perekonomian Tiongkok.

Mengutip Reuters, Jumat (12/8/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Jika dihitung dari awal pekan, indeks acuan di Asia ini hampir menguat 1,9 persen.

Indeks Nikkei Jepang juga naik 0,8 persen karena nilai tukar yen melemah. Indeks Kospi Korea Selatan juga bergerak naik 0,5 persen. Tak berbeda jauh, Indeks Australia juga naik 0,7 persen.

Pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta), Wall Street mampu mencetak rekor tertinggi. Dow Jones industrial average (DJIA) melonjak 0,64 persen dan berakhir di level 18.613,52. S&P 500 naik 0,47 persen dan parkir di angka 2.185,79. Sementara Nasdaq Composite menguat 0,46 persen ke angka 5.228,40.

Penguatan tersebut terpengaruh kenaikan harga minyak mentah yang melonjak 5 persen setelah Menteri Energi Arab Saudi mengatakan bahwa ada potensi kenaikan harga minyak dalam beberapa bulan ke depan setelah melihat data-data permintaan yang ada.

"Bursa Asia bergerak menguat dalam sepekan ini karena investor memburu aset-aset yang sedikit berisiko," ujar kepala analis CMC Markets,Michael McCarthy.

Pada perdagangan hari ini, investor akan memperhatikan data-data Tiongkok. Otoritas Tiongkok akan mengeluarkan dana perkembangan industri dan penjualan ritel pada Jumat ini.

Pada perdagangan kemarin, bursa Asia tertekan karena aksi jual karena harga minyak susut. Harga minyak itu membebani bursa Asia lantaran kekhawatiran kembali bangkit terhadap permintaan minyak secara global di tengah pasokan berlebih.

Selain itu, penurunan harga minyak mentah juga membuat pertimbangan para pengambil kebijakan mulai dari Tokyo hingga Frankfurt untuk memutuskan stimulus sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya