Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia melonjak 3 persen, dengan Brent mencapai posisi tertinggi dalam satu tahun. Ini setelah Rusia mengatakan siap untuk bergabung dengan OPEC dalam mengendalikan produksi minyak mentah dan Aljazair menyerukan komitmen serupa dari produsen non-OPEC lainny.
Sentimen juga didorong laju saham di Wall Street dan berita tentang peluncuran obligasi sovereign pertama eksportir minyak mentah Arab Saudi sebelum perusahaan minyak negara Aramco menggelar listing.
Melansir laman Reuters, Selasa (11/10/2016), harga minyak Brent mencapai tingkat tertinggi sejak 9 Oktober 2015 menjadi US$ 53,73 per barel, sebelum mengupas keuntungan untuk menetap US$ 1,21 atau 2,3 ​​persen lebih tinggi ke US$ 53,14 per barel.
Adapun mentah AS West Texas Intermediate naik ke level tertinggi sejak 9 Juni di US$ 51,60, sebelum berkurang menjadi US$ 51,35, naik $ 1,54, atau 3,1 persen di akhir sesi.
Baca Juga
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pembekuan atau bahkan memotong produksi kemungkinan besar merupakan keputusan yang tepat untuk menjaga stabilitas sektor energi.
Â
"Rusia siap untuk bergabung dengan langkah-langkah bersama untuk mengatasi produksi dan menyerukan bagi eksportir minyak lain untuk bergabung," kata Putin, berbicara pada kongres energi di Istanbul.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak menyepakati pemotongan sekitar 700 ribu barel per hari, membawa output ke posisi 32,5 juta-33 juta barel per hari pada saat mereka bertemu di Wina untuk pertemuan kebijakan pada 30 November.
Ini akan menjadi pengurangan produksi pertama OPEC dalam delapan tahun dan dua tahun setelah harga jatuh dari posisi tertinggi di atas US$ 100 per barel. OPEC juga telah meminta Rusia dan non-anggota lain untuk bergabung dalam membuat luka.
"Putin keluar untuk mengatakan Rusia akan menjadi bagian dari inisiatif yang telah menambahkan lapisan lain kepercayaan spekulasi akan ada pemotongan yang terkoordinasi," kata John Kilduff, partner New York Energy Hedge Fund Again Capital.
Sementara Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan optimis akan kesepakatan pada bulan November. Rekannya di Aljazair, Nouredine Bouterfa mengatakan ia berharap untuk melihat komitmen pemotongan dari produsen minyak non-OPEC pada pertemuan di Istanbul pekan ini.