Aksi Jual Bikin Laju IHSG Merosot Selama Sepekan

Harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat dan aksi jual investor asing telah menekan laju pasar modal dan keuangan.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Nov 2016, 19:14 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2016, 19:14 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Efek hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) berlanjut sehingga berdampak ke emerging market termasuk Indonesia. Efek tersebut mendorong aksi jual investor asing baik di pasar saham dan obligasi.

Berdasarkan data PT Ashmore Assets Management Indonesia, aliran dana investor asing keluar di pasar modal mencapai US$ 598 juta atau sekitar Rp 8,08 triliun (asumsi kurs Rp 13.520 per dolar Amerika Serikat). Sedangkan aksi jual di pasar obligasi mencapai US$ 1,44 juta.

Laju IHSG tertekan 0,9 persen secara mingguan dari periode 18 November-25 November 2016. IHSG sempat berada di level 5.170 pada periode 18 November 2016  menjadi 5.122 pada 25 November 2016.

Tekanan IHSG tersebut didorong dari aksi jual terutama di saham-saham kapitalisasi besar. Sedangkan saham-saham lapis kedua menguat seiring penguatan saham-saham komoditas lantaran dolar AS menguat.

Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan, minimnya sentimen dalam negeri sehingga mendorong investor melepas aksi jual cukup besar pada pekan ini.

Selain itu, pasar juga kembali mendapatkan sentimen dari prospek naiknya suku bunga bank sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) dan mata uang emerging market termasuk rupiah yang tertekan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,5 persen, dan hal itu memicu kekhawatiran investor asing.

Dalam laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia menyebutkan kalau dolar AS menguat dalam dua pekan ini berdampak negatif ke rupiah, pasar saham dan obligasi. Indeks dolar AS cenderung naik 3,2 persen terhadap mata uang utama lainnya sejak kemenangan Donald Trump.

Untuk pertama kalinya, imbal hasil surat utang di atas delapan persen sejak Januari 2016. Pada akhir pekan ini, imbal hasil obligasi berada di 8,3 persen dari pekan sebelumnya di 7,8 persen. "Kenaikan imbal hasil obligasi tersebut lantaran sentimen kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat," tulis laporan Ashmore, Jumat (25/11/2016).

Apalagi hal itu mengingat data ekonomi AS cukup baik. Pemesanan barang AS naik 4,8 persen dari perkiraan konsensus 1,7 persen. Selain itu, klaim pengangguan dan manufaktur masih sesuai harapan. Oleh karena itu, harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS naik menjadi 100 persen pada Desember. Pada pekan depan, salah satu jadi perhatian pasar yaitu referendum Italia pada 4 Desember 2016.

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya