Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bergerak variatif pada perdagangan saham sepekan. Sentimen dalam dan luar negeri bakal mempengaruhi kinerja IHSG selama sepekan.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo mengatakan, sentimen dari dalam negeri berupa rilis data pertumbuhan ekonomi yang dirilis pada awal pekan ini.
"Memang harapannya konsensus di atas 5,0 persen, jadi kalau angka di situ ya positif," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (7/11/2016).
Satrio juga mengatakan, sentimen dari global berasal dari pemilihan umum (pemilu) di Amerika Serikat (AS). pelaku pasar cenderung menginginkan Hilary Clinton sebagai presiden AS.
Baca Juga
"Orang takut kalau Clinton didiskualifikasi," ungkap Satrio.
Sementara itu, Satrio mengatakan demo yang berlangsung 4 November 2016 tak terlalu berpengaruh pada perdagangan saham pekan ini.
"Senin ada pertumbuhan ekonomi kuartal III. Saya kira pengaruhnya besar, kita masih belum tahu asing jualnya (pekan lalu)Â karena apa, bisa jadi memang masih takut demo. Tapi kalau angka pertumbuhan ekonomi jelek asing (jual) kencang, memang takut angka pertumbuhan ekonomi," jelas dia.
Dia memperkirakan IHSG bergerak di support 5.325-5.300 dan resistance 5.375-5.400.
Sementara, pada pekan lalu kinerja IHSG cenderung masih baik. Kendati Bursa Asia cenderung tertekan, namun penurunan IHSG tidak setajam dibanding dengan negara Asia lainnya.
IHSG tercatat melemah sebanyak 0,88 persen dalam sepekan (31 Oktober-4 November 2016). IHSG turun ke posisi 5.362,66 dibanding penutupan di pekan sebelumnya 5.410,27.
Kepala Komunikasi Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono mengatakan, beberapa indeks saham di Asia justru melemah lebih parah. Indeks saham Jepang turun sampai 3,10 persen, Korea turun 1,85 persen, Hong Kong 1,36 persen.
Catatan buruk juga dialami oleh indeks saham Malaysia yang melemah 1,31 persen dan Singapura 0,98 persen.
"Jika dibandingkan dengan kinerja indeks negara lainnya di regional Asia, IHSG masih mencatatkan perubahan yang tidak terlalu signifikan," kata dia dalam keterangan tertulis.
Dia menuturkan, kapitalisasi pasar di BEI juga turun sebesar 0,88 persen dari sebelumnya Rp 5.853,18 triliun menjadi Rp 5.801,86 triliun.(Amd/Nrm)