Arab Saudi Beri Keringanan Pajak demi Kesuksesan IPO Aramco

Menkeu Arab Saudi Mohammed bin Abdullah Al-Jadaan menuturkan, keringanan pajak perusahaan minyak lainnya tak berdampak ke pelayanan.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mar 2017, 11:45 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 11:45 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi kekurangan dana membuat sejumlah langkah untuk mendorong suksesnya penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) perusahaan minyak terutama Saudi Aramco.

Arab Saudi memberikan insentif besar untuk Saudi Aramco dengan memangkas pajak perusahaan minyak nasional itu dari 85 persen menjadi 50 persen. Kerajaan Arab Saudi menurunkan tarif pajak tersebut berlaku surut yang dimulai pada 2017. Pemangkasan pajak ini diimbangi dengan dividen dan keuntungan investasi.

Keringanan pajak ini akan menguntungkan Saudi Aramco. Ini dapat menambah pundi-pundi kepada Aramco di tengah kekhawatiran terhadap perusahaan minyak.

Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan kalau valuasi Aramco dapat senilai US$ 2 triliun pada 2018. Sejumlah analis percaya kalau harga yang ditawarkan terlalu murah.

Arab Saudi sangat membutuhkan kesuksesan IPO Saudi Aramco. Hal itu lantaran dapat menghasilkan dana di saat pendapatan perusahaan minyak merosot karena harga minyak jatuh.

Menurut Rystad Energy, pengurangan pajak dapat menambah valuasi US$ 1 triliun kepada Aramco. Perusahaan riset itu memperkirakan valuasi Aramco sekitar US$ 1,4 triliun.

"Perubahan pajak ini memiliki dampak besar. Ini berarti banyak dana untuk Saudi Aramco sehingga membuat perusahaan lebih menarik bagi investor," tulis riset itu, sepreti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (29/3/2017).

Sementara itu, CEO Aramco Amin Nasser pun menyambut baik kebijakan keringanan pajak bagi perusahaan minyak. Ini menjadi langkah positif untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi.

Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed bin Abdullah Al-Jadaan mengatakan, kalau keringanan pajak pada Aramco dan perusahaan minyak besar lainnya akan "tidak berdampak" terhadap kemampuan pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada warganya.

Arab Saudi merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar. Namun, keuangannya terganggu seiring revolusi minyak di Amerika Serikat (AS) yaitu shale oil. Negara pengekspor minyak tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pun memikirkan cara agar harga minyak murah. Namun harga minyak terus jatuh ke level terendah.

Hal itu membuat Arab Saudi harus menyeimbangkan anggarannya. Arab Saudi harus memangkas pekerja, mengurangi subsidi dan menjual surat utang ke publik.

Tahun lalu, Arab Saudi mengumumkan reformasi ekonomi untuk visi 2030. Ini bertujuan agar negara tersebut tidak bergantung ke minyak mentah. Salah satunya menjual saham Saudi Aramco ke publik, dan kemudian investasi di dalam dan luar negeri.

Kepada CNN Money pada Januari 2017, manajemen Aramco menyatakan kalau IPO masih sesuai jadwal pada 2018. Bila valuasi perusahaan mencapai US$ 2 triliun, perseroan akan menjual sekitar 5 persen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya