Liputan6.com, Jakarta - Wall Street jatuh terkapar dengan indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 666 poin dan mencetak penurunan terbesar dalam 20 bulan pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta).
Tiga indeks utama Wall Street mencetak kerugian mingguan terbesar dalam dua tahun setelah pada pekan sebelumnya mencetak rekor tertinggi.
Mengutip Reuters, Sabtu (3/2/2018), Dow Jones Industrial Average turun 665,75 poin atau 2,54 persen menjadi 25.520,96. Untuk S&P 500 kehilangan 59,85 poin atau 2,12 persen menjadi 2.762,13. Sedangkan Nasdaq Composite turun 144,92 poin atau 1,96 persen menjadi 7.240,95.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu pemicu kejatuhan Wall Street adalah laporan dari Depatemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS). Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa angka pekerjaan pada Januari tumbuh lebih cepat dari perkiraan para analis dan ekonom dengan kenaikan upah terbesar dalam lebih dari 8 tahun.
Kenaikan upah yang cukup besar tersebut memicu ekspektasi inflasi dan bisa mendorong Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk mengambil pendekatan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan di tahun ini lebih besar dari perkiraan.
Hal tersebut menyebabkan imbal hasil dari obligasi pemerintah AS dengan jangka waktu 10 tahun melonjak menjadi 2,8450 persen, yang merupakan angka tertinggi sejak Januari 2014. Kenaikan imbal hasil ini membuat surat utang pemerintah AS lebih menarik jika dibandingkan dengan saham.
"Sebenarnya ada banyak sentimen yang harus dipertimbangkan di Wall Street. Laporan kinerja emiten yang positif harus bersaing dengan kenaikan angka inflasi," jelas chief executive officer Horizon Investment Services, Hammond, Indiana, Chuck Carlson.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Saham Teknologi Jadi Pemberat
Seluruh sektor pembentuk indeks acuan S&P 500 berada di zona merah pada perdagangan Jumat. Sektor tteknologi membukukan penurunan terbesar dengan saham Microsoft turun 3 persen.
Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp masing-masing turun 5,1 persen dan 5,6 persen, setelah perusahaan minyak tersebut membukukan laba kuartal keempat yang di bawah perkiraan.
Alfabet turun 5,3 persen setelah laba kuartalan perusahaan tersebut berada di bawah konsensus dari analis. Untuk saham Apple turun 4,3 persen karena investor khawatir tentang prospek yang lemah dari penjualan perusahaan tersebut.
Sedikit berbeda, perusahaan teknologi lainnya Amazon.com mampu naik 2,9 persen karena analis Wall Street dengan cepat menaikkan target harga mereka menyusul laporan pendapatan mengesankan pengecer online tersebut.
Advertisement