Marak Aksi Jual, Bursa Global Kompak Melemah

Bursa saham Asia tertekan mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat atau wall street pada awal pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2018, 15:35 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2018, 15:35 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia anjlok pada Selasa pekan ini. Hal ini mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tertekan.

Indeks saham Jepang Nikkei susut 6,71 persen atau 1.522,70 poin pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Sektor saham otomotif, keuangan, dan teknologi melemah telah menekan indeks saham acuan tersebut. Saham Toyota turun 4,75 persen.

Di antara saham unggulan lainnya yang tertekan yaitu saham SoftBank Group susut 7,94 persen. Saham Fanuc Manufacturing melemah 7,86 persen dan saham Fast Retailing tergelincir 8,14 persen.

Penurunan indeks saham juga diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi dengan melemah 2,61 persen. Sektor saham teknologi terutama saham unggulan menekan laju indeks saham Kospi. Saham Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing turun 2,21 persen dan 1,57 persen di awal sesi. Sementara itu, saham Hyundai Motor susut 2,2 persen.

Selain itu, indeks saham Australia/ASX 200 tergelincir 3,65 persen. Sektor saham energi mencatatkan performa terburuk pada awal sesi perdagangan. Sektor saham energi turun 5,1 persen seiring harga minyak tertekan. Saham Santos melemah 5,02 persen dan saham Oil Search susut 4,17 persen.

Selain itu, saham bank juga tertekan di bursa saham Australia. Saham ANZ melemah 3,31 persen dan saham Westpac turun 3,58 persen.

Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 4,94 persen. Di antara sektor saham keuangan, saham HSBC susut 3,14 persen dan saham China Construction Bank melemah 6,55 persen. Sementara itu, saham Tencent jatuh 5,9 persen. Saham CNOOC susut 2,71 persen.

Di China, indeks saham Shanghai turun 2,15 persen dan saham Shenzhen melemah 2,71 persen. Bursa saham Asia lainnya yaitu indeks saham Taiwan tergelincir 5,6 persen, indeks saham Vietnam melemah 5,87 persen, dan indeks saham Malaysia KLCI jatuh 2,7 persen.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) dengan indeks saham Dow Jones dan S&P berjangka masing-masing turun 826 poin dan 76,5 poin. Pada pembukaan bursa berjangka, indeks saham Dow Jones merosot lebih dari 1.200 poin.

Pada Senin waktu setempat, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street alami aksi jual sehingga menekan wall street. Tekanan itu sudah terjadi sejak Jumat pekan lalu.

Indeks saham Dow Jones turun 1.175,21 poin atau 4,6 persen ke posisi 24.345,75. Indeks saham Dow Jones sentuh level di bawah 25.000.

"Tidak ada katalis spesifik yang hentikan level ke 25.000, dan saat itu terjadi, indeks saham Dow Jones sentuh di bawah 24.000. Fokus sekarang sentimen negatif yaitu potensi kenaikan imbal hasil seiring aksi jual," ujar Kathy Lien, Direktur Pelaksana BK Asset Management, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (6/2/2018).

Pergerakan nilai tukar mata uang juga pengaruhi bursa saham. Indeks dolar AS alami penguatan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya. Indeks dolar AS berada di posisi 89.65. Sedangkan terhadap yen berada di posisi 108,51.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Bursa Asia Merosot pada Awal Sesi

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya, Bursa Asia anjlok setelah Wall Street mengalami penurunan terbesar sejak 2011 seiring merosotnya kepercayaan investor terhadap faktor-faktor yang menjadi landasan pasar.

Melansir laman Reuters, Selasa 6 Februari 2018, Bursa Australia susut 2,7 persen pada awal perdagangan ke tingkat terendah sejak Oktober. Sementara indeks Nikkei Jepang melemah lebih dari 4 persen.

Bursa Asia tampaknya mengikuti Bursa saham Amerika Serikat (AS). Wall Street yang anjlok pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), dengan indeks Dow turun hampir 1.600 poin selama sesi tersebut.

Ini merupakan penurunan intraday terbesar dalam sejarah, seiring langkah investor yang bergulat dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan inflasi yang berpotensi menguat.

Patokan indeks S & P 500 dan Dow mengalami penurunan persentase terbesar sejak Agustus 2011.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1.175,21 poin atau 4,6 persen menjadi 24.345,75. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 113,19 poin atau 4,10 persen menjadi 2.648,94 dan Nasdaq Composite turun 273,42 poin atau 3,78 persen menjadi 6.967,53.

"Sejak musim gugur yang lalu, investor bertaruh pada kondisi ekonomi goldilocks ekspansi ekonomi yang solid, meningkatkan pendapatan perusahaan dan inflasi yang stabil. Tapi kondisi ini sepertinya sudah berubah," kata Norihiro Fujito, Ahli Strategi Investasi Senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Indeks S & P 500 berakhir turun 7,8 persen dari rekor tertinggi pada 26 Januari, sementara Dow turun 8,5 persen dari waktu itu.

Sektor keuangan, kesehatan, dan sektor industri mencatat penurunan terbesar. Penurunan menyebar luas karena semua kelompok utama pada indeks utama S&P utama turun setidaknya 1,7 persen. Semua 30 komponen industri Dow blue-chip berakhir negatif.

Dengan penurunan yang terjadi kali ini, indeks S & P 500 menghapus kenaikannya selama 2018 dan justru sekarang turun 0,9 persen pada 2018.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya