Penurunan Saham Asuransi Bebani Gerak S&P 500 dan Nasdaq

Wall Street bergerak variatif, dengan pelemahan pada indeks saham S&P 500 dan Nasdaq

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Mei 2018, 05:01 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2018, 05:01 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall street bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat waktu pagi). Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq merosot karena rapor merah kinerja keuangan beberapa perusahaan, sementara Dow Jones semringah.

Dikutip dari Reuters, Jumat (4/5/2018), indeks saham S&P 500 turun 5,94 poin atau 0,23 persen ke level 2.629,73. Sementara indeks saham Nasdaq Composite melorot 12,75 poin atau 0,18 persen ke posisi 7.088,15.

Sedangkan indeks saham Dow Jones Industrial Average berhasil mendaki 5,17 poin atau 0,02 persen ke level 23.930,15. Volume perdagangan di bursa saham Amerika Serikat mencapai 7,56 miliar saham.

Indeks saham S&P 500 terpental karena laporan keuangan beberapa perusahaan yang kurang menggembirakan. Padahal data ekonomi AS menunjukkan penguatan.

Saham perusahaan asuransi, American International Group Inc (AIG.N) dan distributor obat Cardinal Health Inc (CAH.N) jatuh setelah perusahaan melaporkan kinerja keuangan di kuartal I-2018.

Saham AIG tersungkur 5,3 persen dan Cardinal Health anjlok 21,4 persen sehingga menyeret ke bawah indeks saham S&P 500. Sebelumnya, investor sudah memperkirakan bahwa keuntungan perusahaan akan mencapai puncaknya.

Saham Tesla Inc (TSLA.O) juga terperosok 5,5 persen. CEO Tesla Elon Musk menjanjikan produksi mobil listrik Model 3 yang sempat bermasalah. Selanjutnya saham Spotify Technology SA (SPOT.N) turun 5,7 persen.

 

Data Ekonomi AS Kuat

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Kondisi ini tidak sejalan dengan penguatan data ekonomi AS. Jumlah warga AS yang menerima bantuan pengangguran merosot ke titik terendah sejak 1973. Defisit perdagangan AS pun menyempit untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, dan permintaan pabrik yang mengalami kenaikan di Maret.

Akan tetapi, beberapa investor justru prihatin dengan pertumbuhan ekonomi yang moderat. Apalagi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed berpotensi memperlambat laju pertumbuhan.

The Fed untuk diketahui, telah mempertahankan suku bunga acuannya dan mengatakan bahwa inflasi bergerak mendekati target 2 persen.

"Ini (penguatan ekonomi AS) bisa menahan pasar dan menjadi sentimen positif untuk mengimbagi data perusahaan," kata Senior Manajer Portofolio di Columbia Threadneedle Investment, Anwiti Bahuguna.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya