Defisit hingga The Fed Bayangi Perjalanan IHSG

IHSG tumbuh sekitar 15,81 persen dari 20 Oktober 2014 di 5.040 menjadi 5.837 pada 19 Oktober 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Okt 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2018, 14:30 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Sepanjang perdagangan hari ini (30/5), IHSG bergerak pada kisaran 5.693,39 - 5.730,06, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)  genap berjalan empat tahun pada 20 Oktober 2018. Selama empat tahun itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat sentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Akan tetapi, penguatan IHSG hanya sementara.

Berdasarkan data RTI,  IHSG berada di posisi 5.040 pada 20 Oktober 2014, dan alami penguatan 0,2 persen dari periode 17 Oktober 2014 di posisi 5.028.

IHSG pun terus menguat, dan mencetak rekor tertinggi di posisi 5.523 pada 7 April 2015. Namun, penguatan IHSG tak bertahan lama. IHSG sentuh rekor terendah di posisi 4.209 pada 25 September 2015.

Kemudian IHSG merangkak naik dari posisi terendah tersebut. Hingga akhirnya sentuh level tertinggi dalam sejarah pasar modal Indonesia. IHSG capai posisi tertinggi di 6.689 pada 19 Februari 2018.

Namun, IHSG kembali tersungkur. IHSG ditutup ke posisi 5.837 pada 19 Oktober 2018. IHSG tumbuh sekitar 15,81 persen dari 20 Oktober 2014 di 5.040 menjadi 5.837 pada 19 Oktober 2018.

Selama 4 tahun Jokowi-JK, ada sejumlah faktor pengaruhi pergerakan IHSG. Kepala Riset PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo, menuturkan dari internal, lembaga pemeringkat S&P menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi ke tingkat BBB- dari sebelumnya BB+ dengan prospek stabil pada kuartal II 2017.

"S&P upgrade rating investment grade baru pertama kali. Sebelumnya 1998. Ini salah satu prestasi. Presiden sebelumnya belum pernah raih upgrade," ujar Henry saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Sabtu (20/10/2018).

Selain itu, pelaksanaan program tax amnesty atau pengampunan pajak di Indonesia, Henry menilai salah satu tersukses di dunia. Hingga akhir pelaksanaan Maret 2017, tax amnesty diikuti 973,4 ribu wajib pajak. Total penerimaan pajak dari uang tebusan capai Rp 115,9 triliun.  Pengungkapan harta Rp 4.884,2 triliun. Ini terdiri dari deklarasi harta di dalam negeri Rp 3.700,8 triliun, deklarasi harta luar negeri Rp 1.036,7 triliun dan repatriasi aset mencapai Rp 146,7 triliun.

Selanjutnya, menurut Henry, pembangunan infrastruktur yang masif dilakukan saat pemerintahan Jokowi-JK juga menjadi sentimen positif IHSG. "Pembangunan selama 4 tahun ini sangat besar yang dilakukan dalam kurun waktu 10-15 tahun,” ujar Henry.

 

Sentimen Eksternal Bebani IHSG

20161114-Perdagangan-Saham-Jakarta-AY
Pergerakan saham terlihat di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11).Tekanan IHSG tersebut juga didorong saham-saham berkapitalisasi besar yang merosot. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Akan tetapi, menurut Henry, sentimen eksternal kini mempengaruhi laju IHSG. Salah satunya kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga sejak 2017. Hal itu juga mendorong negara lain untuk menaikkan bunga acuan. Sedangkan, Indonesia dinilai terlambat menaikkan bunga acuan.

Oleh karena itu, sejak Mei 2018, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan lima kali dengan total 150 basis poin ke 5,75 persen.

"Pressure sentimen. Mau tak mau, suka tak suka menaikkan suku bunga. AS menaikkan suku bunga, mendorong dolar AS menguat sehingga aliran dana yang tadinya ke emerging market balik-balik pelan ke AS," kata dia.

Apalagi imbal hasil surat berharga AS kini juga capai tiga persen. Hal itu membuat investor asing mengalihkan dana ke AS sehingga juga berdampak terhadap rupiah."Sejak Januari-Oktober, asing sudah keluar USD 4 billion. Itu angka besar. Tahun lalu saja USD 2,9 billion,” kata dia.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pun turun sekitar 12 persen sepanjang tahun berjalan 2018 ke posisi 15.221 per dolar AS.

"Indonesia masih alami defisit transaksi berjalan. Ini juga membuat market volatile. Negara yang ada defisit transaksi berjalan lebih terkena dampaknya seperti Turki, Argentina yang lebih besar defisit transaksi berjalannya,” ujar dia.

Meski demikian, Henry optimistis IHSG berpotensi menguat pada akhir 2018. Dengan kondisi IHSG bergejolak, Henry mengingatkan untuk seleksi beli saham. Salah satunya dengan memiliki saham perusahaan catatkan pertumbuhan kinerja laba. ”IHSG akan berada di posisi 6.100-6.200. Masih rebound dikit," ujar dia.

Adapun sejumlah sektor saham yang akan menopang IHSG, yang jadi pilihan Henry antara lain sektor saham pakan ternak, tambang dan konsumsi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya