Bursa Asia Terpukul Imbas Ketegangan Perang Dagang Meningkat

Investor global takut perang dagang berkepanjangan lantaran AS dan China terus menaikkan tarif.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Mei 2019, 15:02 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2019, 15:02 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Tokyo - Investor global terkena imbas ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Bursa saham AS atau wall street tertekan berimbas ke bursa saham Asia pada perdagangan Selasa pekan ini. Pada perdagangan Selasa pagi, indeks saham Hong Kong Hang Seng turun dua persen. Indeks saham Jepang Nikkei susut satu persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi dan Shanghai cenderung mendatar.

Ini untuk pertama kali bursa saham Asia merespons ketegangan perang dagang AS-China usai China bikin serangan balasan.

Pemerintah China mengumumkan akan menaikkan tarif impor produk AS senilai USD 60 miliar mulai 1 Juni. Langkah ini ikuti AS yang menetapkan kenaikan tarif impor produk China dari 10 persen menjadi 25 persen. Nilai produk China itu mencapai USD 200 miliar.

"Bursa saham Asia bisa berada dalam periode kesakitan yang panjang. Bursa saham berisiko dari eksposur China," ujar Analis Oanda, Jeffrey Halley, seperti dikutip dari laman CNN Business, Selasa (14/5/2019).

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Investor Global Khawatir Perang Dagang Berkepanjangan

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Investor global takut perang dagang berkepanjangan  lantaran AS dan China terus menaikkan tarif. Pelaku bisnis AS yang impor barang-barang China mengenakan tarif yang dikenakan oleh AS. Keuntungan perusahaan akan berkurang imbas perang dagang tersebut.

"Ini adalah luka yang diakibatkan diri sendiri (AS-red) yang akan menjadi bencana besar bagi perekonomian negara," ujar Ketua Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki AS, Rick Helfenbein.

"Tarif adalah pajak kepada konsumen AS yang hasilkan harga lebih tinggi, penjualan lebih rendah dan kehilangan pekerjaan," ia menambahkan.

Sementara itu, China sedang berusaha keras bertarung. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menuturkan, China tidak akan pernah menyerah pada tekanan eksternal. Pernyataan ini beberapa jam sebelum pemerintahan China umumkan putaran tarif terbaru.

Analis menuturkan, pasar harus mulai menyusun ulang risiko untuk mencerminkan realitas geopolitik baru.

"Bahkan jika kesepakatan diteken minggu depan, sekarang jelas hubungan China-AS akan penuh untuk beberapa mendatang,” tulis Analis Jefferies.

"Ketika ekonomi dan geopolitik China bangkit melawan kepentingan AS yang ada, negosiasi akan menjadi tema berulang yang akan dipelajari oleh pasar," tulis mereka.

IHSG Anjlok Sesi Pertama

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah selama sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini. Sentimen eksternal terutama ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang meningkat menekan laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa 14 Mei 2019, IHSG merosot 79,12 poin atau 1,29 persen ke posisi 6.056,27. Level tersebut terendah sejak 30 November 2018. Indeks saham LQ45 melemah 1,49 persen ke posisi 946,58. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 261 saham melemah sehingga menekan laju IHSG. 120 saham diam di tempat dan 89 saham menguat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.090,69 dan terendah 6.033,61.

Total frekuensi perdagangan saham 240.340 kali dengan volume perdagangan 9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4 triliun. Investor asing beli saham Rp 496,69 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.450.

10 sektor saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sektor saham industri dasar susut 2,42 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor manufaktur merosot 1,63 persen dan sektor saham pertanian turun 1,51 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan di tengah tekanan IHSG antara lain saham POSA naik 24,68 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham APEX naik 21,64 persen ke posisi Rp 815 per saham, dan saham FIRE mendaki 19,71 persen ke posisi Rp 8.200 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham VINS merosot 18,75 persen ke posisi Rp 104 per saham, saham KBLV terpangkas 16,28 persen ke posisi Rp 360 per saham, dan saham TBIG susut 9,19 persen ke posisi Rp 3.260 per saham.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya