Liputan6.com, Jakarta - PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melihat potensi pengembangan kendaraan listrik yang dapat mendorong tambahan pelanggan bagi anak usaha perseroan.
Direktur Utama PT Barito Pacifik Tbk, Agus Salim Pangestu menuturkan, pengembangan electronic vehicle (EV) atau kendaraan listrik bakal berdampak positif seiring konsumsi petrokimia akan meningkat. Hal ini dapat menjadi peluang bagi anak usaha perseroan.
Agus menuturkan, penggunaan produk petrokimia akan lebih tinggi untuk kendaraan listrik ketimbang kendaraan biasa. Kendaraan biasanya menggunakan besi sebagai bahan baku utama.
Advertisement
Baca Juga
“Kalau EV itu karena baterainya berat, konsumsi plastik banyak. Tapi banyak sekali produk plastik dipakai mobil tentu high grade,” ujar dia, dalam diskusi virtual, ditulis Senin (8/2/2021).
Agus mengharapkan pada program pengembangan kendaraan listrik.”Kami tentu sangat harap program EV karena itu potensial consumer produk Chandra Astri (TPIA) maupun produk recycling,” ujar dia.
Agus menambahkan, permintaan produk petromikia juga tinggi. Bahkan di atas permintaan. “Kalau soal demand di Indonesia selalu di atas suplai. Dan sampai saat ini sebenarnya suplai hanya 50 persen. Jadi kuartal 1 dan 2 decline di dunia. Demand sebenarnya Indonesia cukup stabil tentu karena logistik mendadak, kita sadar impor bukan solusi,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Rencana Bisnis Barito
Sebelumnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 8,34 miliar, setara Rp 112 triliun (Kurs 14.009 per USD). Belanja modal tersebut akumulasi untuk pembiayaan proyek BRPT lima tahun mendatang.
Direktur PT Barito Pacific Tbk David Kosasih menuturkan, belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan tiga proyek strategis perseroan. Antara lain proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10, pengembangan kompleks petrokimia Chandra Asri Petrochemical II (CAP II), dan pengembangan unit eksplorasi baru Salak Binary.
"Beberapa tahun ke depan kita memiliki target pertumbuhan yang jelas. Di antaranya adalah pengembangan unit eksplorasi baru dari Star Energy yaitu Salak Binary. Ini adalah kapasitas pengembangan sebesar 15 MW yang kita harapkan selesai di 2022,” kata David dalam diskusi virtual, Sabtu, 6 Februari 2021.
Adapun total pembiayaan proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10 sebesar USD 3,3 miliar. Sementara pengembangan CAP II USD 5 miliar, dan Salak Binary sebesar USD 40 juta.
"Jawa 9 & 10 (selesai) di 2025, dan saat ini sedang dalam tahap persiapan untuk pabrik petrokimia kompleks yang kedua. secara desain nanti kapasitasnya lebih besar dari kompleks yang pertama kurang lebih 15 persen lebih besar. saat ini masih dalam tahap persiapan, secara timeline itu kita harapkan realisasi dan selesai di 2025,” kata David.
Advertisement