Masih Negosiasi, Ini Permintaan Calon Mitra Proyek Baterai Kendaraan Listrik

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury membeberkan pentingnya kemitraan dalam proyek baterai kendaraan listrik.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Feb 2021, 20:39 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2021, 20:38 WIB
Baterai Mobil Listrik
Warna biru itu merupakan baterai di mobil listrik (Foto: Electrek).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, kini tengah negosiasi dengan sejumlah calon mitra. Di antaranya perusahaan baterai asal China, CATL. Kemudian LG, perusahaan asal Korea Selatan, dan juga Tesla, perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat.

Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana mengatakan, pihaknya tengah negosiasi dengan LG terkait jaminan ketersediaan bahan baku selama berinvestasi di tanah air.

"Syarat-syarat yang diminta LG antara lain mereka ingin bahan bakunya terjamin. Ini sesuatu yang wajar karena takutnya dalam 10 tahun, 20 tahun akan habis bahan bakunya. Makanya, dia mau bahan bakunya tersedia untuk menjamin kelangsungan bisnis," ujar Agus dalam diskusi virtual, Selasa (2/2/2021).

Sementara dengan Tesla, Agus mengaku pihaknya masih mempelajari apa yang diinginkan pihak Tesla. Hal ini karena Tesla baru menyatakan minat setelah proyek ini berjalan beberapa bulan. Sejauh ini, Agus mengatakan Tesla lebih tertarik untuk masuk dalam pengembangan Energy Storage System (ESS).

“Tesla baru belakangan masuk (menyatakan minat). Kita lagi pelajari dia mau masuknya ke mana. Dari pembicaraan kemarin, mereka sepertinya mau masuk ke ESS," kata Agus.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pentingnya Kemitraan

PHOTO: Dukung Program Pemerintah, Ini Mobil Listrik BMW Ramah Lingkungan
Sumber daya pengisian ulang baterai mobil listrik BMW i8 dengan menggunakan BMW i Wallbox Plus di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (26/10). Peringati Hari Listrik Nasional ke-72, BMW perkenalkan mobil elektrik ramah lingkungan. (Liputan6.com/Pool/BMW)

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury membeberkan pentingnya kemitraan dalam pengembangan proyek ini. 

"Tanpa kemitraan belum tentu semua dari apa yang dihasilkan dari nikel ini bisa digunakan di Indonesia. Bagaimana Indonesia dengan EV battery bisa menjadi bagian dari mata rantai dunia," kata Pahala.

Menimbang besarnya cadangan nikel di Indonesia, ini akan memiliki nilai tambah lebih besar jika diolah menjadi industri hilir, seperti baterai kendaraan listrik. Dalam hematnya, dampak dari olahan nikel ke perekonomian Indonesia bisa mencapai sekitar USD 25 miliar atau sekitar Rp 400 triliun pada 2027. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya