Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Tahun Baru China atau disebut Imlek dirayakan pada Jumat, 12 Februari 2021. Dalam astrologi China, tahun ini memasuki Tahun Kerbau Logam.
Menurut ilmu Feng Shui, tahun Kerbau Emas akan menjadi waktu untuk hal-hal terkait emosional dan spiritual. Di saat yang bersamaan juga waktu untuk rekonstruksi ekonomi.
Pakar Feng Shui, Erwin Yap menuturkan, dalam Feng Shui terdapat tiga bagian yang mempengaruhi kehidupan manusia yang dikenal sebagai Trinitas Kosmik.
Advertisement
Baca Juga
Pada Trinitas Kosmik ini meliputi langit (waktu) yang tidak bisa dikontrol, manusia (tindakan) yang bisa dikontrol dan bumi (Feng Shui) yang tidak 100 persen bisa dikontrol.
"Secara keseluruhan, tiga bagian ini bisa mendatangkan rezeki, dan selagi kita hidup maka rezeki akan selalu ada”, ungkap Erwin dalam Allianz Market & Feng Shui Outlook, seperti dikutip Sabtu, (13/2/2021).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ekonomi Mulai Tumbuh
Erwin juga menjelaskan shio Kerbau mengandung tiga elemen, yaitu tanah, logam dan air. Sesuai dengan unsur tanah pada shio Kerbau, elemen bisnis yang akan memberikan keuntungan pada tahun Kerbau ini di antaranya adalah properti, real estate, asuransi, logam mulia dan pertanahan.
"Tahun ini dipercaya akan lebih baik dari tahun lalu, sesuai dengan urutan dalam shio di mana shio Kerbau ada di urutan kedua setelah shio Tikus yang jatuh pada tahun lalu, sehingga tahun ini akan menjadi tahap rekonstruksi”, tambah Erwin.
Tahun ini juga ekonomi akan mulai tumbuh tetapi secara perlahan dan harus dijaga agar pertumbuhannya sehat. Hal ini diyakini oleh Erwin akan bisa terwujud dengan banyaknya peraturan baru yang akan muncul pada 2021.
Advertisement
Tahap Awal Pemulihan Ekonomi
Dalam kesempatan yang sama, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti megungkapkan kondisi market pada 2020 semua investasi turun akibat pandemi COVID-19.
Namun demikian, pada 2021, akan menjadi tahap awal pemulihan ekonomi, ditandai dengan perkembangan dan distribusi vaksin, peraturan pelaksanaan dan penerapan UU Cipta Kerja atau Omnibus Law, anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021, tren suku bunga rendah, dan kebijakan ekonomi USA setelah pelantikan Presiden baru.
"Di tahun 2021 ini kita juga masih akan terus dihadapkan dengan berbagai risiko seperti lonjakan kasus covid-19 dan kapasitas rumah sakit, distribusi dan ketersediaan vaksin, rendahnya penanaman modal asing maupun lemahnya implementasi Omnibus Law, defisit fiskal dan tekanan geopolitikal,” beber Made.
Namun demikian, lanjut Made, dari sisi indikator makro ekonomi diharapkan target pertumbuhan pada 2021 bisa kembali ke 5 persen dari asumsi yang diberikan pemerintah.