Kiat Bos Sido Muncul Bertahan Lewati Masa Sulit

Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) Irwan Hidayat ungkap kunci utama agar sebuah perusahaan mampu bertahan.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 25 Feb 2021, 20:58 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2021, 20:58 WIB
Bos Sidouncul Gemar CSR, Perusahaan Maju
Bos Sidomuncul Irwan HIdayat memberikan pengalaman kenapa perusahaanya maju. Salah satunya sering menggelar CSR bahkan dengan dengan dana iklan.

Liputan6.com, Jakarta - Berdiri sejak 1930, Sido Muncul menjadi salah satu perusahaan jamu tertua di Indonesia. Terus melakukan inovasi dan strategi, perusahaan ini tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19. Terkenal dengan produk Tolak Angin, apa kiat perusahaan berkode emiten SIDO ini hingga mampu melewati masa-masa sulit di setiap zamannya.

Melihat hal ini, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) Irwan Hidayat menegaskan, kunci utama agar sebuah perusahaan mampu bertahan dari generasi ke generasi ialah rukun sesama saudara.

"Kalau di keluarga saya, orangtua saya, nenek saya terus papa mama saya itu selalu mengajarkan untuk selalu bicara sampai puasa Senin Kamis, lalu enggak makan daging. Untuk apa itu. Dia hanya bilang supaya anaknya rukun," kata Irwan di Marketeers Hangout 2021, Kamis (25/2/2021).

Irwan juga menegaskan bila kerukunan yang terjalin menjadi fokus utama untuk selalu mengembangkan perusahaan ke arah yang lebih baik.

"Saya dan adik-adik saya mengikuti bila logikanya memang benar seperti itu. Jadi kalau kita ribut energi kita habis. Kita bukan tidak pernah berbeda pendapat, tapi kita harus menyadari dengan baik pesan orangtua seperti apa. Makanya itu kami berusaha mati-matian untuk tetap rukun karena kesadaran itu," ujarnya.

Hal lain yang ditekankan ialah melakukan go public untuk menghindari konflik yang terjadi. Hal itu juga dibenarkan Mantan Menteri BUMN dan Founder Disway Dahlan Iskan.

"Kalau secara modern orang sudah tahu, go public adalah cara terbaik untuk exit dari persoalan-persoalan keluarga dan itu dilakukan pak Irwan saya lihat kenapa go public tahun lalu atau dua tahun yang lalu, saya tidak tahu apakah karena itu tapi itulah salah satu cara yang terpenting sebuah perusahaan besar milik keluarga untuk mencari jalan keluar agar eksis ke depannya lebih mudah," ujar dia.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sido Muncul Perluas Pasar Ekspor pada 2021

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatat kinerja positif pada 2020. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan laba dan penjualan.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 15,64 persen menjadi Rp 934,01 miliar pada 2020. Penjualan tumbuh 8,7 persen dari Rp 3,06 triliun pada 2019 menjadi Rp 3,33 triliun pada 2020.

Lalu bagaimana dengan target 2021?

Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, David Hidayat menuturkan pertumbuhan 2021 diharapkan lebih baik. Ini seiring ada program vaksinasi COVID-19. 

“Target pertumbuhan 2021 double digit lebih bagus dari pencapaiaan saat ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 9 Februari 2021.

Meski demikian, perseroan telah mempersiapkan sejumlah pilar untuk mendukung pertumbuhan. Pertama, peningkatan pendapatan yang berasal channel business to business (B to B).

"Selama ini unit ekstraksi kami hanya melayani pengolahan ekstraksi produk-produk Sido Muncul, sekarang mulai dikembangkan untuk menjual hasil unit ekstraksi ke pihak ketiga,” kata dia.

Kedua, perseroan juga telah menyiapkan produk baru untuk 2021 yang akan diluncurkan secara bertahap. Peluncuran produk ini seiring potensi besar permintaan produk herbal.

Ketiga, perseroan juga memperluas pasar ekspor ke sejumlah negara antara lain Arab, Asia Tenggara termasuk Indo China, Afrika. 

Selain itu, perseroan juga menganggarkan belanja modal Rp 180 miliar. Dana belanja modal ini dari laba perusahaan.

David menuturkan, pihaknya juga menghadapi tantangan pada 2021 antara lain penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi akibat pandemi COVID-19, perubahan perilaku konsumen, mekanisme pasar dan konsumen. Perseroan pun berupaya mengantisipasi hal itu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya