Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) resmi membatalkan penjualan PT Tanjung Alam Jaya (TAJ). Sebelumnya, perusahaan telah melakukan perjanjian terkait penjualan TAJ pada 2014.
Namun, hal tersebut akhirnya resmi dibatalkan. Saat dikonfirmasi, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Muhammad Zulkarnaen menegaskan, terdapat faktor utama yang membuat pembatalan penjualan TAJ dilakukan.
"Alasan tidak jadi dijual karena potensi cadangan yang cukup ekonomis," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (17/3/2021).
Advertisement
Saat disinggung langkah apa yang akan dilakukan perusahaan terkait ekspansi batu bara, Zulkarnaen menyebut pihaknya masih akan fokus pada wilayang yang sudah memiliki izin.
"Sementara masih fokus kepada wilayah IUP, (Izin Usaha Pertambangan) dimaksud," ujarnya.
Baca Juga
PT Tanjung Alam Jaya merupakan anak perusahaan PT Timah Tbk yang fokus pada tambang batu bara. Lokasi pertambangan berada di Kalimantan Selatan.
Pada 2014, perusahaan pelat merah ini menjual saham PT Tanjung Alam Jaya kepada PT Duta Perwira Nusantara senilai USD 30 juta.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan membatalkan proses penjualan saham TAJ pada Desember 2020 dan melanjutkan aktivitas operasional TAJ.
Sesuai dengan ketentuan PSAK 58, grup mereklasifikasi akun-akun dalam laba rugi untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2019 yang sebelumnya disajikan sebagai operasi yang telah dihentikan menjadi disajikan sebagai operasi yang dilanjutkan.
Pada perdagangan saham Rabu, 17 Maret 2021 pukul 14.24 WIB, saham PT Timah Tbk naik 1,69 persen ke posisi Rp 1.805 per saham. Saham TINS dibuka stagnan di posisi 1.770 per saham. Saham TINS berada di level tertinggi 1.865 dan terendah 1.735 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 30.267 kali dengan nilai transaksi Rp 310,8 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pembangunan Smelter PT Timah Tbk
Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) menyatakan proses pembangunan smelter Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace sudah mencapai 44 persen, dan melebihi target yang direncanakan 40 persen.
Proyek smelter TSL Ausmelt Furnace yang berada di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini ditargetkan akan selesai pada akhir 2021. Kemudian pelaksanaan commissioning pada awal 2022.
"Sesuai dengan progres pembangunan TSL Ausmelt Furnace ini, kita optimis di Desember 2021 ini bisa selesai,” ujar Direktur Utama PT Timah Tbk, Riza Pahlevi, dilansir dari Antara, Rabu, 10 Maret 2021.
Ia menuturkan, saat ini proses pembangunan smelter TSL telah mencapai 44 persen. Perkembangan proyek ini melebih target yang direncanakan yakni 40 persen. Proses pengerjaan proyek smelter TSL melibatkan PT Wijaya Karya (Wika) Tbk dan Outotec Pty Ltd ini dibangun di kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat.
"Progres project TSL Ausmlet Furnance sudah 44 persen sampai dengan Februari 2021, ini melebihi dari rencana 40 persen. Melihat kondisi ini kita optimis dan kemungkinan comissioning bisa dilaksanakan pada Januari 2022," kata dia.
Dia mengatakan, sesuai rencana proyek smelter TSL ini ditargetkan selesai pada Januari 2022 mendatang. Kalau berdasarkan kontrak, proyek bersama Wika ini berlangsung selama 24 bulan yang dimulai Januari 2020.
Sembari menyiapkan infrastruktur, PT Timah Tbk juga telah mulai menyiapkan sumber daya manusia andal yang akan dilatih selama satu tahun untuk mengoperasikan smelter TSL.
"Saat infrastruktur dibangun kita juga sekaligus menyiapkan sumber daya manusia yang nantinya akan mengoperasikan TSL Ausmlet Furnace, transfer knowledge ini akan dilakukan melalui Ausmelt Development Program," tutur dia.
Ia mengatakan, teknologi TSL Ausmelt merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah yang dapat menekan biaya produksi, karena memiliki banyak keunggulan di antaranya efisiensi biaya pokok produksi, proses peleburan lebih baik, dan waktu lebih singkat, sehingga kapasitas lebih tinggi, kemudahan dalam pengoperasian karena digunakan secara otomasi dengan sistem kontrol dan teknologi lebih ramah lingkungan.
"TSL Ausmelt Furnace ini mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar (minimum) ≥ 40 persen Sn, dengan kapasitas 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 ton ingot per tahun," kata dia.
Advertisement