Pertama Kali Sejak Pandemi COVID-19, Industri Semen Tumbuh Positif

Direktur Utama PT Indocement Indonesia Tbk, Christian Kartawijaya mengungkapkan, sejak Januari, industri semen mulai menunjukkan peningkatan permintaan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Mar 2021, 22:46 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 22:46 WIB
Ilustrasi pabrik pembuatan semen.
Ilustrasi pabrik pembuatan semen. (dok. Byrev/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Pada awal 2021, industri semen masih cukup tertekan akibat kondisi cuaca yang memasuki siklus tahunan musim hujan. Selain itu, juga disebabkan peningkatan kasus COVID-19 usai tahun libur Natal dan Tahun Baru (nataru).

Namun, seiring dengan selesainya musim hujan dan tren penurunan kasus harian COVID-19 sejalan dengan vaksinasi, industri semen kini mulai menggeliat.

Direktur Utama PT Indocement Indonesia Tbk, Christian Kartawijaya mengungkapkan, sejak Januari, industri semen mulai menunjukkan peningkatan permintaan. Kemudian, per Februari 2021 tercatat tumbuh positif 1 persen YoY untuk pertama kalinya sejak pandemi.

"Jadi ini cukup menggembirakan," kata dia.

"Kami yakin dengan keluarnya beberapa kebijakan Pemerintah baru-baru ini, seperti pembentukan dana kekayaan negara (SWF), suku bunga KPR yang rendah, dan PPN 0 persen untuk jenis kepemilikan rumah tertentu tanpa diragukan lagi semuanya merupakan katalis positif bagi industri semen," ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Prediksi Penjualan Semen pada 2021

Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), memperkirakan penjualan semen pada 2021 akan tumbuh 4 -5 persen. Penjualan semen curah diperkirakan lebih tinggi terutama pada paruh kedua 2021.

Proyeksi tersebut mengacu pada sejumlah proyek infrastruktur yang akan direalisasikan tahun ini, setelah sebelumnya tertunda akibat pandemi covid-19 di sepanjang 2020.

Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya menjelaskan, hal ini dapat dilihat dari anggaran Kementerian PUPR yang dinaikkan 38 persen pada tahun ini, atau senilai Rp 149,8 triliun. Hingga awal Februari tahun ini, anggaran tersebut diketahui telah terserap sekitar 7 persen.

"Melihat tahun 2020 cukup terpuruk, banyak proyek yang tertunda. Tahun ini, pemerintah telah menaikkan anggaran infrastruktur, lebih tinggi dibanding 2020," kata Christian, dalam video konferensi, Jumat, 19 Maret 2021.

Katalis positif lainnya yakni pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF), sebagai turunan dari Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker), dinilai akan lebih banyak menarik investasi di proyek-proyek infrastruktur. Sehingga diharapkan akan meningkatkan permintaan semen.

Selain itu, perseroan yakin, dengan keluarnya beberapa kebijakan Pemerintah baru-baru ini, seperti pembentukan dana kekayaan negara (SWF), suku bunga KPR yang rendah, dan PPN 0 persen untuk jenis kepemilikan rumah tertentu tanpa diragukan lagi semuanya merupakan katalis positif bagi industri semen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya